Selamat Datang di blog PHYSICS ini ! . Suatu kehormatan bagi Saya atas kunjungan anda ini. Saya sangat berharap kunjungan berikutnya.

PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1)


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM AKHIR FISIKA DASAR 2
PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK  (L1)

NAMA:
VENNY REVIANTY            1112100004
ELIS NURAINI                     1112100022
MEGA PUTRI K                   1112100035
LINA PURNAWATI              1112100041
TRI OKTAFIANA                 1112100068
ACHMAD MAULANA        1112100103
WARTO                                 1112108750

ASISTEN:
SIGIT ADI KRISTANTO     1108100042

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan berjudul “Panas yang Ditimbulkan Oleh Arus Listrik” dimana percobaan ini bertujuan untuk menentukan panas yang ditumbulkan oleh arus listrik, membuktikan Hukum Joule, serta untuk menentukan harga 1 Joule. Berat air yang hendak dimasukkan ke dalam kalorimeter harus lebih dari 150 gram hingga menyentuh kawat spiral. Suhu pada termometer diturunkan terlebih dahulu dengan memasukkan es batu. Ketika listrik mengalir, setiap kenaikan suhu sebanyak satu derajat waktu dapat dicatat. Panas yang timbul (H) kemudian dibandingkan dengan jumlah dari persamaan Q1 dan Q2. Sehingga dapat ditentukan harga satu joule sama dengan 0.321336 kalori. Sama seperti percobaan dengan menggunakan rangkaian B, pada rangkaian A Q1 dan Q2 didapatkan dengan cara yang sama. Dari nilai H rata-rata yang dihasilkan tidak dapat membuktikan bahwa harga 1 Joule adalah 0,24 kalori.

Kata Kunci : Arus Listrik, Hukum Joule, Kalorimeter, Panas.
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanpa disadari konsep mengenai kalor sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja ketika kita mencampurkan air yang terlalu panas dengan air yang lebih dingin, maka akan terjadi perubahan suhu sampai suhu keduanya sama besar (setimbang). Dari pencampuran kedua air tersebut, secara intuitif dapat dikatakan bahwa ada sejenis fluida yang hilang dari air panas yang pindah ke air yang lebih dingin. Fluida yang dimaksud dalam fisika dinamakan kalor. Pada awalnya kalor dianggap sebagai suatu zat fluida yang berpindah dari benda bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Konsep tersebut dinamakan konsep “caloric”. Akan tetapi, konsep tersebut tidak bisa lagi dipertahankan meskipun istilah kalor sendiri masih tetap dipergunakan sampai saat ini. Kalor tidak lain adalah energi yang berpindah dari zat yang memiliki temperature yang lebih tinggi ke zat lain yang memiliki temperature yang lebih rendah, bukan berbentuk zat yang berpindah seperti yang semula diduga dalam konsep “caloric”. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalor merupakan suatu bentuk energi yang berrpindah dari suatu zat ke zat lain akibat perbedaan temperature (Mohamad Ishaq, 2007, 236).
Sejak awal, Helmzoultz menyatakan bahwa semua bentuk energi pada dasarnya adalah ekivalen (setara) serta hubungan antara energi mekanik dengan energi kalor dicetuskan oleh Joule yang menyatakan bahwa sejumlah kerja mekanik dilakukan untuk menghasilkan kalor, maka energi kalor tersebut dapat diubah kembali menjadi kerja mekanik (gerak). Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dan lain sebagainya. Melalui percobaan ini, kalor didapatkan melalui energi listrik yang yang berubah menjadi energi kalor dan kemudian dibandingkan hingga dapat dibuktikan Huku Joule = 0,24 kalori.
1.2.Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam percobaan kali ini adalah :
1.      Bagaimana cara menentukan panas yang ditimbulkan oleh arus listrik.
2.      Bagaimana cara membuktikan Hukum Joule.
3.      Menentukan harga 1 Joule.

1.3.Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.      Untuk menentukan panas yang ditumbulkan oleh arus listrik.
2.      Untuk membuktikan Hukum Joule.
3.      Untuk menentukan harga 1 Joule.
 


BAB II
DASAR TEORI
                                                                                                                       
2.1 Hukum Termodinamika
      Termodinamika adalah proses dimana energi ditransfer sebagai kalor dan sebagai kerja. Di dalam Termodinamika, terdapat beberapa Hukum yang berlaku, yaitu Hukum Termodinamika ke Nol, Hukum Termodinamika Pertama, Hukum Termodinamika Kedua, dan Hukum Termodinamika Ketiga. Energi dalam sistem akan naik jika kerja dilakukan pada semua molekul atau jika kalor ditambahkan pada sistem tersebut. Dengan cara yang sama, energi dalam akan menurun jika kaor keluar dari sistem atau jika kerja dilakukan oleh sistem pada yang lainnya. Berarti, kekekalan energi berperan penting dalam  mengungkapkan sebuah hukum yang penting dimana perubahan energi dalam pada sistem yang tertutup, ∆U, akan sama dengan kalor yang ditambahkan ke sistem dikurangi kerja yang dilakukan oleh sistem. Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :
∆U = Q – W………………………………………(2.1)
          Dimana Q adalah kalor total yang ditambahkan ke sistem dan W adalah kerja total yang dilakukan oleh sistem. Karena W pada Persamaan (2.1) adalah kerja yang dilakukan oleh sistem, maka jika kerja dilakukan pada sistem, W akan negatif dan U akan bertambah. Dengan cara yang sama, Q positif apabila kalor di tambahkan ke sistem, sehingga apabila kalor meninggalkan sistem, maka Q akan negatif (Haliday,1978,741).
2.2.1 Hukum Pertama Termodinamika
          Bila sebuah benda dari suatu titik permulaan i ke suatu titik f didalam sebuah medan gravitasi tanpa ada gesekan, maka kerja yang dilakukan hanya bergantung pada kedudukan kedua titik tersebut dan sama sekali tidak bergantung pada jalan yang dilalui ketika benda digerakkan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada sebuah fungsi dari kordinat ruang benda yang nilai akhirnya dikurangi dengan nilai permulaannya adalah sama dengan kerja yang dilakukan didalam memindahkan benda tersebut. Dalam termodinamika didapatkan bahwa bila keadaan sebuah sistem berubah dari keadaan i ke keadaan f , maka kuantitas Q – W hanya bergantung pada kordinat-kordinat mula-mula dan akhir dan tidak bergantung sama sekali pada jalan yang diambil diantara titik-titik ujung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada sebuah fungsi dari kordinat-kordinat termodinamika yang nilai akhirnya dikurangi nilai permulaannya menyamai perubahan Q – W di dalam proses tersebut.
          Q adalah kalor total yang ditambahkan kepada sistem melalui perpindahan kalor dan W adalah tenaga yang diserahkan oleh sistem didalam melakukan kerja, sehingga menurut definisi, Q-W menyatakan perubahan energi dari sistem tersebut. Apabila fungsi perubahan energi diganti dengan huruf U. maka perubahan energi dari sistem didalam keadaan f, yakni Uf, dikurangi perubahan energi dari sistem didalam keadaan i, yakni Ui , adalah tak lain dari perubahan energi dari sistem, dan kuantitas ini mempunyai suatu nilai tertentu yang tak begantung dari bagaimana sistem tersebut pergi dari keadaan i ke keadaan f .
Uf - Ui = ∆U dan ∆U = Q-W………………………………….(2.2)
            Seperti halnya untuk tenaga potensial, demikian juga untuk perubahan energi maka perubahannyalah yang peting. Jika suatu nilai sembarang dipilih untuk perubahan energi didalam suatu keadaan referensi standart, maka nilainya didalam setiap keadaan lain dapat diberikan sebuah nilai tertentu. Persamaan (2.2) dikenal sebagai hukum pertama termodinamika. Di dalam pemakaian persamaan (2.2) harus diingat bahwa Q dianggap positif bila kalor memasuki sistem dan W adalah positif bila kerja dilakukan oleh sistem. Jika hanya mengalami suatu perubahan keadaan yang sangat kecil maka persamaan (2.2) dapat dituliskan dalam bentuk diferensial seperti
dU = dQ – dW………………………………………..(2.3)
            Hukum pertama dinyatakan  dalam kata-kata sebagai berikut : “terdapat sebuah kuantitas termodinamika yang berguna yang dinamakan “perubahan energi””(Haliday,1978,742).
2.2 Suhu dan Kesetimbangan Termal
Untuk mengukur suhu sebuah benda, bisa dilakukan dengan cara menyentuhkan termometer dengan benda tersebut. Contohnya apabila hendak mengetahui suhu yang ada pada secangkir kopi panas maka termometer dimasukkan ke dalam kopi. Saat keduanya berinteraksi, termometer akan menjadi lebih panas dan kopi sedikit menjadi lebih dingin. Setelah termometer mencapai nilai tunaknya, maka suhu dapat dihitung. Sistem telah mencapai kondisi kesetimbangan, di mana interaksi antara termometer dan kopi tidak menyebabkan perubahan lebih jauh pada sistem. Keadaan seperti ini dinamakan kesetimbangan termal (thermal equilibrium). Apabila dua sistem terpisah oleh bahan isolasi atau isolator (insulator), seperti kayu, gabus pastik, atau serat gelas, maka keduanya saling mempengaruhi dengan lebih lambat. Kotak pendingin piknik yang dibuat dengan bahan isolator bertujuan untuk menunda penghangatan terhadap es dan makanan dingin didalamnya serta tercapainya kesetimbangan termal dengan udara panas di luar. Isolator ideal adalah bahan yang tidak memungkinkan terjadinya interaksi sama sekali antara kedua sistem. Fungsinya adalah untuk mencegah kedua sistem mencapai kesetimbangan termal, jika pada awalnya kesetimbangan termal belum tercapai. Namun, sesungguhnya tidak ada isolator yang ideal. Isolator yang nyata, misalnya kotak pendingin piknik tidaklah ideal, sehingga isi kotak pendingin akan menjadi hangat secara perlahan-lahan (Hugh D. young, 2001, 375).
2.3 Perpindahan Panas
      Andaikan sistem A yang suhunya lebih tinggi dari suhu sistem B, dihubungkan dengan sistem B. Apabila telah tercapai kesetimbangan termal, ternyata suhu A menurun dan suhu B naik. Karena itu banyak yang beranggapan bahwa A kehilangan sesuatu yang diperkirakan mengalir ke B. Perihal perubahan suhu yang terjadi biasanya dikatakan bahwa dalam peristiwa tersebut terjadi aliran panas atau perpindahan panas dari A ke B. Dahulu proses perpindahan panas itu diduga adalah aliran suatu zat alir tidak berbobot dan tidak dapat dilihat yang disebut sebagai kalorik, yang timbul apabila suatu zat dibakar dan bergerak dari daerah yang banyak kaloriknya (suhu tinggi) ke daerah yang kurang kaloriknya (suhu rendah). Semakin berkembangnya zaman, teori kalori ini sudah tertinggal. Berkat ketrampilan Count Rumford (1753-1814), seorang sarjana kelahiran Woburn, Massachusetts, dan Sir James Prescolt Joule (1818-1889) dalam melakukan percobaan serta keahlian mereka dalam bidang fisika, muncullah lambat laun gagasan bahwa aliran panas tidak lain adalah suatu perpindahan energi. Apabila perpindahan energi semata-mata terjadi karena perbedaan suhu, peristiwa demikian disebut pengaliran panas (Hugh D. young, 2001, 375).

2.4 Arus Listrik
Elektron-elektron bebas di dalam sebuah penghantar logam yang terisolasi, seperti pada suatu kawat tembaga, bergerak secara sembarang (random motion) seperti pada molekul-molekul gas yang di batasi di dalam sebuah tabung (wadah). Elektron-elektron bebas tersebut tidak mempunyai gerakan terarah sepanjang kawat. Jika kita menempatkan sebuah bidang anggapan (bidang khayal tidak sebenarnya) melalui kawat tersebut, maka banyaknya elektron yang melalui bidang tersebut per satuan waktu dari kanan ke kiri sama seperti banyaknya elektron yang melalui bidang tersebut per satuan waktu dari kiri ke kanan; jumlah resultan dari elektron yang lewat melalui bidang tersebut adalah nol. Karena banyaknya elektron berhingga, maka terdapat fluktuasi-fluktuasi statistik yang kecil di dalam banyaknya elektron yang lewat persatuan waktu dan sebuah penghantar akan mengandung suatu arus kecil yang berfluktuasi secara cepat, walaupun, jika di rata-ratakan pada perioda waktu yang cukup panjang, maka arus  “i” adalah nol.
Jika ujung-ujung kawat tersebut dihubungkan ke sebuah baterai maka sebuah medan listrik akan ditimbulkan pada setiap titik di dalam kawat tersebut. medan “E” ini akan bertindak pada elektron-elektron dan akan memberikan suatu gerak resultan pada elektron-elektron tersebut di dalam arah “E”. Dikatakan bahwa sebuah arus listrik “i” dihasilkan; jika sebuah muatan  “q” lewat melalui suatu penampang penghantar selama waktu “t”, maka arus (yang dianggap konstan) adalah
i=q/t ………………………………….(2.13 )

satuan SI yang sesuai adalah ampere (A) untuk “i”, coulomb untuk muatan “q”, dan detik untuk “t”. Jika banyaknya muatan yang mengalir per satuan waktu tidak konstan, maka arus akan berubah dengan waktu dan diberikan oleh limit diferensial, atau
i=dq/dt..................................................(2.14)
arus i adalah sama untuk semua penampang penghantar yang sama, walaupun luas penampangnya mungkin berbeda pada titik yang berbeda. Jika diumpamakan dengan cara yang sama banyaknya air (yang dianggap tidak termampatkan) yang mengalir per satuan waktu melewati setiap penampang pipa adalah sama walaupun jika penampang tersebut berubah. Air mengalir lebih cepat di tempat dimana pipa adalah lebih kecil dan mengalir lebih lambat di tempat dimana pipa lebih besar. Sehingga banyaknya volume per satuan waktu adalah yang di ukur bisa jadi dalam liter/detik, tetap tidak berubah. Tetapnya arus listrik ini diperoleh karena muatan harus kekal; muatan tersebut tidak menumpuk terus menerus atau mengalir terus menerus dari suatu titik di dalam penghantar tersebut.
Walaupun pengangkut muatan-muatan adalah elektron-elektron,  di dalam elektrolit atau di dalam penghantar yang berbentuk gas pengangkut muatan-muatan tersebut dapat juga merupakan ion positif atau negatif. Diperlukan sebuah perjanjian atau (konvensi) untuk menandai arah-arah arus karena muatan-muatan yang tandanya berlawanan bergerak di dalam arah yang berlawanan. Maka, untuk sederhananya dan untuk konsistensi aljabarnya, maka dianggap bahwa “semua pengangkut muatan adalah positif dan digambarkan panah-panah arus di dalam arah panah yang menunjukan arah pergerakan pengangkut muatan tersebut”. jika pengangkut muatan adalah negatif, maka pengangkut muatan tersebut akan bergerak saja di dalam arah yang berlawanan dengan arah panah arus. (Resnick Halliday, 1978, 376).
2.5 Hukum Joule
Arus listrik adalah aliran partikel-partikel listrik bermuatan positif didalam suatu pengantar atau arus listrik adalah gerakan atau aliran muatan listrik. Pergerakan muatan ini terjadi pada bahan yang disebut konduktor. Konduktor bisa berupa logam, gas, atau larutan, sedangkan pembawa muatan sendiri tergantung pada jenis konduktor yaitu pada : Logam, pembawa muatannya adalah electron-elektron, kemudian pada gas sebagai pembawa muatannya adalah ion positif dan electron, yang terakhir adalah pada larutan dimanalarutan berperan sebagai pembawa muatannya adalah ion positif dan ion negatif.
Untuk mengukur suatu benda secara tepat haruslah mempergunakan suatu alat yang mempunyai sifat fisis yang dapat diukur, karena terjadi suatu perubahan yangdapat diukur dengan berubahnya temparatur benda tersebut. Alat untuk mengukur temperature disebut thermometer, yang bekerja atas perubahan fisis yang bersamaan dengan perubahan temperatur, yaitu perubahan volume zat air,perybahan tahanan listrik dari suatu kawat penghantar, perubahan warna filament lampu pijar. Perubahan-perubahan ini semua bersamaan dan berbanding dengan temperatur yang dapat diukur. Satu kalori didefenisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan satu gram air sehingga suhunya naik satu derajat celcius.Satu kalori didefenisikan sebagai banyaknya  kalor  yang  diperlukan  untuk memanaskan satu gram air sehingga suhunya naik satu derajat celcius.

1 kalori = 4,2 Joule atau 1 Joule = 0,24 kalori…………………………(2.16)

karena kalor adalah bentuk energi, maka satuan SI untuk kalor sama seperti energi, yaitu Joule.
Pada sebuah benda yang mempunyai suhu yang tidak sama untuk seluruh bagian-bagiannya akan terjadi perpindahan kalor dari bagian yang bersuhu lebih tinggi ke bagian benda yang bersuhu lebih rendah. Demikian juga bila sebuah bendabersuhu lebih tinggi dari suhu lingkungannya. Benda tersebut akan memancarkan energi sampai suhu benda sama dengan suhu lingkungannya. Bila suhu sudah samaakan terjadi keseimbangan atau tidak ada lagi perpindahan kalor atau energi.
Suatu zat yang menerima kalor, selain mengalami pemuaian atau perubahanwujud, pada zat tersebut juga terjadi kenaikan suhu. Ketika kita memanaskan air didalam ketel, makin besar nyala api berarti makin besar kalor yang diberikan pada air, dan menghasilkan kenaikan suhu air yang lebih besar daripada kenaikan suhu air sebelumnya. Jika kalor yang sama diberikan pada ketel yang berisi lebih sedikit air,kenaikan suhu air lebih cepat kenaikan suhu air sebelumnya. Akibatnya, untuk selangwaktu pemanasan yang sama akan dicapai suhu air yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Besarnya kenaikan suhu dari zat tersebut dapat dituliskan dalam persamaan berikut :
 Q = m.c. ∆t………………………………………(2.17)
dengan,
c = kalor jenis (kal/g) atau (J/Kg.K)
Q = kalor ( kalor atau Jou le)
m = massa benda ( gram atau Kg)
∆t = perubahan suhu
Jadi, ∆t adalah perubahan suhu dari suatu zat yang menerima kalor sebesar Q. Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan olehsuatu zat untuk menaikan suhu 1 Kg zat itu sebesar 1 (Resnick Halliday, 1978, 378).

 
BAB III
 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan berjudul “Panas yang Ditimbulkan oleh Arus Listrik” antara lain, satu set kalorimeter dengan perlengkapannya, satu buah Ampermeter, satu buah Voltmeter, satu buah statip, satu buah tahanan geser, satu buah Thermometer, satu buah sumber tegangan, satu buah stopwatch, satu set kabel, dan beberapa buah es batu.

 Gambar 3.1 Rangkaian percobaan 1



Gambar 3.2 Rangkaian percobaan 2
      Pada mulanya, alat dan bahan dirangkai seperti pada Gambar diatas. Sebelum dihubungkan dengan tegangan PLN, gelas pada kalorimeter ditimbang dengan neraca Ohaus dan dicatat massanya, kemudian diisi dengan air dan es batu sehingga massa total antara air, es batu dan gelas pada kalorimeter tercatat sebesar 190,9 gram. Setelah ditimbang kemudian gelas dimasukkan kedalam kalorimeter. Untuk mengukur suhu air dalam kalorimeter digantungkan thermometer ditengah-tengah kalorimeter. Namun sebelum tegangan disambungkan suhu awal air dicatat yaitu sebesar 10oC. setelah itu baru disambungkan dengan tegangan PLN, kemudian setaip kenaikan satu derajat dihitung waktu yang dibutuhkan hingga dicapai suhu 20 oC. Percobaan yang sama diulangi sebanyak dua kali. Langkah-langkah tersebut kemudian diulangi untuk percobaan dengan rangkaian Gambar.

 

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN



4.1 Analisa Data


4.1.1    Data Percobaan

Tabel 4.1 Data Percobaan Pertama dengan Menggunakan Rangkaian A

T1
T2
T2-T1
t (s)
I (A)
V (Volt)
Massa
10
11
1
75
0,9
11
190,9
11
12
1
77
0,9
11
190,9
12
13
1
79
0,9
11
190,9
13
14
1
87
0,9
11
190,9
14
15
1
67
0,9
11
190,9
15
16
1
88
0,9
11
190,9
16
17
1
89
0,9
11
190,9
17
18
1
88
0,9
11
190,9
18
19
1
87
0,9
11
190,9
19
20
1
78
0,9
11
190,9

                                                                                                                                       

Tabel 4.2  Data Percobaan Kedua dengan Menggunakan Rangkaian A

T1
T2
T2-T1
t (s)
I (A)
V (Volt)
Massa
10
11
1
58
0,9
13
190,9
11
12
1
63
0,9
13
190,9
12
13
1
65
0,9
13
190,9
13
14
1
59
0,9
13
190,9
14
15
1
68
0,9
13
190,9
15
16
1
65
0,9
13
190,9
16
17
1
67
0,9
13
190,9
17
18
1
62
0,9
13
190,9
18
19
1
66
0,9
13
190,9
19
20
1
64
0,9
13
190,9



Tabel 4.3. Data Percobaan Pertama dengan Menggunakan RangkaianB

T1
T2
T2-T1
t (s)
I (A)
V (Volt)
Massa
10
11
1
67
0,9
12.5
190,9
11
12
1
71
0,9
12.5
190,9
12
13
1
66
0,9
12.5
190,9
13
14
1
64
0,9
12.5
190,9
14
15
1
74
0,9
12.5
190,9
15
16
1
70
0,9
12.5
190,9
16
17
1
73
0,9
12.5
190,9
17
18
1
74
0,9
12.5
190,9
18
19
1
70
0,9
12.5
190,9
19
20
1
72
0,9
12.5
190,9





Tabel 4.4 Data Percobaan Kedua dengan Menggunakan RangkaianB

T1
T2
T2-T1
t (s)
I (A)
V (Volt)
Massa
10
11
1
48
0,9
12.5
190,9
11
12
1
44
0,9
12.5
190,9
12
13
1
67
0,9
12.5
190,9
13
14
1
71
0,9
12.5
190,9
14
15
1
70
0,9
12.5
190,9
15
16
1
70
0,9
12.5
190,9
16
17
1
69
0,9
12.5
190,9
17
18
1
67
0,9
12.5
190,9
18
19
1
81
0,9
12.5
190,9
19
20
1
68
0,9
12.5
190,9



4.1.2    Data Hasil Perhitungan



Dari hasil percobaan didapatkan contoh perhitungan sebagai berikut :

Diketahui : Pada rangkaian A Suhu awal       : 100C

                                                                       Suhu akhir       : 110C

                                                                        Tegangan (V) : 13 V

                                                                       Arus (I)           : 0,9 A

                                                                        Waktu (t)         : 58 sekon

Ditanya :

a). Berapa nilai H?

b). Berapa nilai Q1?

c). Berapa nilai Q2?

d). Berapa nilai 1 joule?

Jawab   :

a).  Nilai H = VIt

               H = 13 V.0,9 A.58 S

               H = 678,6 Joule

b).  Nilai Q1 = W (Tawal – Takhir)

              Q1 = 190,9 (11-10)

              Q1 = 190,9 Kalori

  c).  Nilai Q2 = 0,26.W (Tawal – Takhir)

                 Q2 = 0,26.190,9 (11-10)

                 Q2 = 49,634 Kalori

d). Nilai 1 joule = (Q1+Q2)/V.I.t

              1 joule = (190,9+49,634)/678,6

              1 joule =  0,354456 Kalori

Ø    Jadi, Nilai H = 678,6 joule, Q1 = 190,9 kalori, dan Q2 = 49,634 kalori dimana nilai 1 joule = 0,354456 Kalori



Tabel 4.5. Data Perhitungan Pertama dengan Menggunakan Data Rangkaian A

harga air
Q1
Q2
H (VIt)
H (Q1+Q2)
1 Joule
0,26
190,9
49,634
742,5
240,534
0,323952
0,26
190,9
49,634
762,3
240,534
0,315537
0,26
190,9
49,634
782,1
240,534
0,307549
0,26
190,9
49,634
861,3
240,534
0,279269
0,26
190,9
49,634
663,3
240,534
0,362632
0,26
190,9
49,634
871,2
240,534
0,276095
0,26
190,9
49,634
881,1
240,534
0,272993
0,26
190,9
49,634
871,2
240,534
0,276095
0,26
190,9
49,634
861,3
240,534
0,279269
0,26
190,9
49,634
772,2
240,534
0,311492



Tabel 4.6. Data Perhitungan Kedua dengan Menggunakan Data Rangkaian A

harga air
Q1
Q2
H (VIt)
H (Q1+Q2)
1 Joule
0,26
190,9
49,634
678,6
240,534
0,354456
0,26
190,9
49,634
737,1
240,534
0,326325
0,26
190,9
49,634
760,5
240,534
0,316284
0,26
190,9
49,634
690,3
240,534
0,348449
0,26
190,9
49,634
795,6
240,534
0,30233
0,26
190,9
49,634
760,5
240,534
0,316284
0,26
190,9
49,634
783,9
240,534
0,306843
0,26
190,9
49,634
725,4
240,534
0,331588
0,26
190,9
49,634
772,2
240,534
0,311492
0,26
190,9
49,634
748,8
240,534
0,321226



Tabel 4.7. Data Perhitungan Pertama dengan Menggunakan Data Rangkaian B

harga air
Q1
Q2
H (VIt)
H(Q1+Q2)
1 Joule
0,26
190,9
49,634
753,75
240,534
0,319116
0,26
190,9
49,634
798,75
240,534
0,301138
0,26
190,9
49,634
742,5
240,534
0,323952
0,26
190,9
49,634
720
240,534
0,334075
0,26
190,9
49,634
832,5
240,534
0,28893
0,26
190,9
49,634
787,5
240,534
0,30544
0,26
190,9
49,634
821,25
240,534
0,292888
0,26
190,9
49,634
832,5
240,534
0,28893
0,26
190,9
49,634
787,5
240,534
0,30544
0,26
190,9
49,634
810
240,534
0,296956



Tabel 4.8 Data Perhitungan Kedua dengan Menggunakan Data Rangkaian B

harga air
Q1
Q2
H(VIt)
H(Q1+Q2)
1 Joule
0,26
190,9
49,634
540
240,534
0,445433
0,26
190,9
49,634
495
240,534
0,485927
0,26
190,9
49,634
753,75
240,534
0,319116
0,26
190,9
49,634
798,75
240,534
0,301138
0,26
190,9
49,634
787,5
240,534
0,30544
0,26
190,9
49,634
787,5
240,534
0,30544
0,26
190,9
49,634
776,25
240,534
0,309867
0,26
190,9
49,634
753,75
240,534
0,319116
0,26
190,9
49,634
911,25
240,534
0,26396
0,26
190,9
49,634
765
240,534
0,314424



           



4.2. Pembahasan


4.2.1. Panas 
Panas merupakan energi yang berpindah dari zat yang memiliki temperatur lebih tinggi ke zat lain yang memiliki temperatur lebih rendah, dan bukan merupakan suatu zat ‘fluida’ yang berpindah dari benda yang bertemperatur tinggi pada benda bertemperatur rendah, seperti yang diduga oleh konsep awal yaitu konsep caloric. Dengan kata lain panas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk energi yang berpindah dari satu zat ke zat lain akibat perbedaan temperatur. Apabila apabila terdapat dua zat, yaitu zat A dan zat B yang pada mulanya memiliki temperatur masing-masing t0A dan t0B dicampurkan maka akan terjadi perubahan temperatur sampai temperatur keduanya sama besar. Hal ini terjadi karena adanya aliran panas atau perpindahan panas secara terus menerus sampai kedua zat mencapai kesetimbangan termal yang ditandai dengan temperatur kedua zat sama besar. Dengan kata lain aliran panas merupakan perpindahan energi. Jumlah energi yang berpindah dalam kurun waktu tertentu disebut kuantitas panas. Satuan kuantitas panas adalah kalori yang di definisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu gram satu dari satu derajat celcius atau kelvin. Pada percobaan ini, sesuai dengan judul percobaan bahwa arus litrik dapat menimbulkan panas. Hal ini menandakan bahwa terdapat perpindahan panas atau aliran panas dari benda yang memiliki temperatur tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah. Dalam percobaan ini aliran atau perpindahan panas yang terjadi berupa perpindahan panas secara konduksi yaitu dari spiral yang dialiri arus listrik dimasukkan dalam air ke air yang sama-sama berada dalam kalorimeter hingga terjadi kesetimbangan termal serta derajat perpindahan panas berbanding lurus dengan arus listrik dan beda potensial.



4.2.2.  Arus Listrik yang Menimbulkan Panas
Elektron-elektron bebas di dalam sebuah penghantar logam atau konduktor yang terisolasi, seperti suatu panjang dari kawat tembaga, berada di dalam gerakan sembarang (random motion) seperti halnya molekul-molekul sebuah gas yang di batasi di dalam sebuah tabung (wadah). Elektron-elektron tersebut tidak mempunyai gerakan terarah sepanjang kawat. Pada percobaan kali ini konduktor berupa kawat spiral yang dimasukkan ke dalam air yang terdapat di dalam kalorimeter. Apabila antar ujung kawat spiral diberikan beda potensial, maka elektron bebas yang tidak mempunyai gerakan terarah akan bergerak. Elektron-elektron tersebut akan menumbuk partikel konduktor selama terjadi beda potensial. Dengan denikian elektron-elektron mempunyai kecepatan rata-rata tetap. Adanya tumbukan, sebagian energi gerak elektro-elektron tersebut diberikan kepada partikel yang akan menimbulkan getaran partikel. Semakin banyak tumbukan yang terjadi, semakin bertambah besar pula getaran partikel yang terjadi sehingga menimbulkan panas, yang nantinya akan terjadi suatu aliran panas dari benda yang memiliki temperatur tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah. Dalam percobaan ini aliran atau perpindahan panas yang terjadi berupa perpindahan panas secara konduksi yaitu dari spiral yang dialiri arus listrik dimasukkan dalam air ke air yang sama-sama berada dalam kalorimeter hingga terjadi kesetimbangan termal serta derajat perpindahan panas berbanding lurus dengan arus listrik dan beda potensial. .


4.2.3. Menentukan Harga Satu Joule
Untuk menghitung banyaknya energi yang berpindah selama terjadi pengaliran panas atau pengerjaan usaha, cara yang termudah ialah dengan menggunakan alat dimana perubahan suhu dan sistem didapatkan melalui pegerjaan usaha. Dengan begitu dapat diketahui bahwa pengaliran panas ialah perpindahan energi yang disebabkan hanya oleh perbedaan suhu. Jika sepotong kawat tahanan terendam dalam zat cair atau berbalut zat padat, dan dimasukkan sebagai bagian sistem, maka akan timbul beda potensial konstan V dan arus konstan I dalam kawat tahanan tersebut yang akan membangkitkan suatu aliran engeri. Dalam hal ini disebut sebagai pengerjaan usaha. Apabila usaha ini berlangsung terus selama waktu t maka jumlah usaha yang dilakukan adalah hasil kali beda potensial konstan V dan arus konstan I serta waktu yang diperlukan untuk menaikkan satu derajat celcius. Hal ini merupakan jumlah energi yang ditambahkan kedalam sistem. Apabila  tahanan itu bukan bagian dari sistem, perpindahan energi dinamakan pengaliran panas, dan selama waktu t jumlah energi yang berpindah disebut kuantitas panas (jumlah panas yang timbul) yaitu H.
Pada percobaan ini salah satu tujuan dari percobaan tersebut adalah menentukan harga satu Joule. Harga satu Joule dapat ditentukan berdasarkan asas black, yaitu panas yang diterima sama dengan panas yang diberikan. Dalam hal ini panas yang diterima merupakan spiral yang dialiri arus listrik dimasukkan dalam air, sedangkan panas yang diberikan merupakan panas yang diterima air dan kalorimeter beserta pengaduknya. Sehingga terdapat suatu hubungan  bahwa jumlah panas yang timbul akan sama dengan julah panas yang diterima air dimbah dengan jumlah panas yang diterima kalorimeter beserta pengaduknya. Maka harga Joule dalam satuan kalori dapat ditentukan. Berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh harga satu Joule pada percobaan pertama yang menggunakan gambar rangkaian 3.2 sebesar 0,32 kalori, sedangkan pada pecobaab kedua yang mana menggunakan gambar rangkaian 3.1 harga satu Joule diperoleh sebesar 0,31 kalori. Padahal harga satu Joule melalui percobaan Joule diperoleh hrga sebesar 0,24 Joule, sehingga percobaan ini tidak dapat membuktikan hukum Joule dan harga satu Joule sebesar 0,24 kalori. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor lingkungan  yaitu pada percobaan yang dilakukan baik itu rangkaian A maupun rangkaian B menggunakan es yang terlalu banyak  selain itu pada calorimeter terdapat lubang sehingga udara dapat berinteraksi kedalam sistem dalam hal ini kalorimeter.



4.2.4. Hubungan Suhu dengan Waktu 
Dalam percobaan dengan judul percobaan “panas yang ditimbulkan oleh arus listrik” memiliki tujuan dari percobaan tersebut yang harus tercapai melalui suatu percobaan antara lain menentukan panas yang di timbulkan oleh arus listrik, membuktikan hukum Joule dan menentukan harga satu Joule. Oleh karena itu diperlukan beberapa alat dan bahan yang diperlukan agar tujuan dari percobaan dapat tercapai antara lain satu set kalorimeter beserta perlengkapannya yang digunakan untuk menghitung kalor, satu buah amperemeter yang berfungsi untuk menghitung banyaknya arus yang mengalir dalam rangkaian dan voltmeter yang digunakan untuk menghitung tegangan pada rangkaian, satu buah tahanan geser yang berfungsi agar arus pada rangkaian tetap konstan, satu buah power supply sebagi sumber tegangan, stopwatch untuk menghitung waktu yang diperlukan tiap kenaikan satu derajat celcius, satu buah termometer yang diperlukan untuk mengukur suhu air yang ada di dalam kalorimeter, dan satu set kabel penghubung untuk menhubungkan peralatan yang digunakan dalam percobaan sesuai rangkaian percobaan. Pada mulanya, alat dan bahan dirangkai seperti pada Gambar 3.2. Kemudian rangkaian dihubungkan dengan tegangan PLN. Gelas pada kalorimeter ditimbang dengan neraca Ohaus dan dicatat massanya,sehingga di dapatkan massanya sebesar 48 gram, lalu diisi dengan air dan es sehingga massanya sebesar 238,9 gram Kemudian gelas dimasukkan kedalam kalorimeter yang ditengahnya digantung sebuah termometer. Angka pada termometer dicatat di dapatkan suhu awal sebesar 10oC kemudian setaip kenaikan satu derajat dihitung waktu yang dibutuhkan. Percobaan yang sama diulangi sebanyak dua kali. Langkah-langkah tersebut kemudian diulangi untuk percobaan dengan rangkaian Gambar 3.1. Sehingga diperoleh data suhu dan waktu yang diperlukan untuk menaikkan satu derajat celcius berupa grafik hubungan antara suhu dan waktu seperti grafik di bawah ini
 
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Nilai jumlah panas (H) rata-rata yang didapatkan melalui persamaan kecepatan, arus, dan waktu dibandingkan dengan Q1 dan Q2  pada percobaan menggunakan rangkaian B adalah sebesar 0,321336 kalori.
2. Nilai Nilai jumlah panas (H) rata-rata yang didapatkan melalui persamaan kecepatan, arus, dan waktu dibandingkan dengan Q1 dan Q2  pada percobaan menggunakan rangkaian A adalah sebesar 0,312008 kalori
3. Dapat dikatakan bahwa tujuan dari percobaan yaitu menentukan harga 1 Joule serta membuktikannya tidak tercapai dikarenakan adanya beberapa faktor lingkungan  yaitu pada percobaan yang dilakukan baik itu rangkaian A maupun rangkaian B menggunakan es yang terlalu banyak  selain itu pada calorimeter terdapat lubang sehingga udara dapat berinteraksi kedalam sistem dalam hal ini kalorimeter.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond,2003.Chemistry Basics, Core Concepts, Third Edition, Volume 1. Erlangga: Jakarta.

Giancoli, Douglas C.1999.Fisika Edisi Kelima.Erlangga:Jakarta.

Halliday Resnick.1978.Fisika.Erlangga:Jakarta.

Ishaq, Mohamad.2007.Fisika Dasar Edisi 2.Graha Ilmu:Yogyakarta.

Young, Hugh D. and Roger A. freedman.2001. Fiska Universitas.Erlangga:Jakarta.

NB: Terimakasih kepada Mas Sigit (Fisika ITS Angkatan 2008) selaku asisten pendamping di ujian akhir praktikum fisika dasar 2 kami :)

0 komentar:

Posting Komentar