Selamat Datang di blog PHYSICS ini ! . Suatu kehormatan bagi Saya atas kunjungan anda ini. Saya sangat berharap kunjungan berikutnya.

Eldas 1 " pengukuran kapasitans dengan metode jembatan wheatstone"



Abstrak—Telah dilakukan percobaan tentang pengukuran kapasitans dengan metode jembatan wheatstone yang bertujuan untuk menera kapasitans dari berbagai kapasitor yang dihubungkan seri, paralel, dan seri paralel. Prinsip yang digunakan adalah prinsip jembatan wheatstone, yaitu R1 dirangkai seri dengan C1 dan  R2 dirangkai seri dengan C2. Kemudian keduanya dihubungkan secara paralel. Pada percobaan kali ini digunakan tujuh variasi R1, yaitu 15 kΩ, 20 kΩ, 25 kΩ, 30 kΩ, 35 kΩ, 40 kΩ, dan 45 kΩ  dan dua variasi C1 yaitu 104 J dan 103 K . Dengan digunakan persamaan pada jembatan wheatstone, maka didapatkan nilai C2 hitung. Pada saat C2 ukur adalah 104 J atau 105 pF, C2 hitung rata-ratanya adalah 95308,39 pF. Sedangkan ketika C2 ukur adalah 103 J atau 104 pF, C2 hitung rata-ratanya adalah 2348,816 pF.


I.                    PENDAHULUAN

K
apasitor merupakan suatu komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan kapasitansi tertentu. Kapasitor terbuat dari dua buah plat konduktor yang dipisahkan oleh suatu lapisan isolator. Pada umumnya fungsi kapasitor adalah untuk menyimpan arus/tegangan listrik. Untuk arus DC, kapasitor berfungsi sebagai isolator/penahan arus listrik, sedangkan untuk arus AC berfungsi sebagai konduktor/melewatkan arus listrik. Dalam penerapannya kapasitor digunakan sebagai filter/penyaring,perata tegangan DC pada pengubah AC ke DC,pembangkit gelombang AC atau oscilator dan sebagainya.[2].
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik dengancara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kapasitansi bergantung pada ukuran dan bentuk konduktor-konduktor itu. Dibandingkan dengan kasus dimana hanya ada ruang hampa diantara konduktor-konduktor, maka kapasitansi akan bertambah bila ada sebuah material pengisolasi (dielektrik). Hal ini terjadi karena pendistribusian kembali muatan, yang disebut polarisasi, berlangsung di dalam material pengisolasi itu. Kapasitor non polar artinya tidak memiliki polaritas. Polaritas adalah kutub positif dan kutub negatif. Polaritas sama halnya dengan baterai dimana ada kutub positif dan negatif dan pemasangannya tidak boleh terbalik. Kalau kapasitor non polar artinya tidak memiliki kutub negatif dan positif.[1].
Jembatan wheatstone adalah susunan komponen komponen elektronika yang berupa resistor dan catu daya seperti tampak pada gambar berikut.
Gambar 1.1 : Rangkaian jembatan wheatstone.
Pada umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kortsluiting dan sebagainya. Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yang merupakan segiempat A-B-C-D dalam hal mana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah galvanometer nol (0). Apabila tahanan-tahanan itu diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut. Berikut adalah penerapan hukum Kirchoff untuk memperoleh persamaan
R1 . R3 = R2 . R4………………… (1.1)[3].
Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk pembagi tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengendalikan peranti elektronik seperti pengendali suara pada penguat. Potensiometer yang digunakan sebagai pengendali volume kadang-kadang dilengkapi dengan sakelar yang terintegrasi, sehingga potensiometer membuka sakelar saat penyapu berada pada posisi terendah.[4]





Gambar 1.2 : Potensiometer



Transformator merupakan suatu komponen pasif dengan empat ujung. Sepasang ujung disebut primer dan sepasang ujung lain disebut sekunder. Transformator digunakan untuk mengubah tegangan bolak – balik pada primer menjadi tegangan bolak – balik pada sekunder dengan menggunakan fluks magnetic. Transformator digunakan dalam elektronika untuk menurunkan tegangan bolak – balik pada listrik PLN. Transformator semacam ini disebut transformator daya. Didalam elektronika, transformator ada yang digunakan untuk menyampaikan isyarat dari penguat daya kepada beban, misalnya suatu pengeras suara. Transformator semacam ini disebut transformator keluaran. Transformator keluaran digunakan untuk pengubahan impedansi. Teras besi pada transformtor digunakan untuk membuat agar fluks magnetic oleh arus pada kumparan primer sebanyak mungkin menembus kumparan sekunder.
Menurut hukum induksi Faraday, nilai fluks magnetik I berubah dengan waktu maka akan timbul tegangan listrik
E = N dΦ/dt………………… (1.2)[2].

II.                  METODE

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah peralatan disiapkan terlebih dahulu.  Yaitu terdiri atas dua buah resistor variable atau potensiometer seperti pada gambar 1.2, dua buah kapasitor non polar seperti pada gambar 2.3, satu buah multitester, satu buah transformator, dan beberapa kabel penjepit. Sebelum peralatan dirangkai, harus dipastikan bahwa potensiometer dalam keadaan tidak hangus.
Gambar 2.1 : skema alat metode jembatan wheatstone.
Gambar 2.2. skema alat praktikum pengukuran kapasitans dengan metode jembatan wheatstone.
Gambar 2.3 : Kapasitor non polar yang digunakan saat praktikum.
Pertama alat dirangkai seperti gambar 2.1 sehingga akan terlihat seperti pada gambar 2.2. untuk kapasitor yang digunakan adalah kapasitor C1 besarnya 104 J dan C2 besarnya 104 J.  Kemudian trafo dihubungkan pada tegangan PLN, sehingga tegangan pada multitester bisa terbaca. Peralatan diuji apakah ketika potensiometer diputar, tegangan yang terukur pada multitester akan berubah. Jika multitester bisa menunjukkan angka nol, maka rangkaian sudah benar.



Setelah itu, potensiometer R2 diukur dengan multitester yang skalanya telah diset pada kΩ, sehingga angka yang terbaca sesuai yang diinginkan, dalam hal ini digunakan tujuh variasi R1 yaitu 15 kΩ, 20 kΩ, 25 kΩ, 30 kΩ, 35 kΩ, 40 kΩ, dan 45 kΩ. Setelah R1 telah ditentukan, lalu R1 dihubungkan kembali pada rangkaian awal. Kemudian multitester diset agar skala berubah menjadi Volt karena yang akan diukur adalah tegangan. Kemudian potensiometer R2 diputar dan diatur hingga angka pada multitester menunjukkan angka nol. Setelah itu R2 diukur dengan multitester yang telah diset skalanya menjadi Ω. Lalu dicatat berapa angka yang terbaca pada multitester. Selanjutnya dilakukan percobaan untuk variasi R2 yang lain dengan langkah yang sama dengan langkah sebelumnya.
Setelah semua variasi R2 telah digunakan, maka C2 diganti dengan kapasitor non polar yang besarnya 103 K. Dilakukan percobaan yang sama dengan digunakan R2 sebanyak tujuh variasi. Kemudian dihitung nilai C2 dan dibandingkan dengan nilai C2 yang telah diperoleh dari hasil pengukuran.

III.               ANALISA DATA  DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berupa R1, R2, C1, dan C2 sebagai berikut.
Tabel 1: data hasil percobaan saat nilai C2 103 K.
R1 (kΩ)
R2 (kΩ)
C1 (104 J) pF
C2
(103K) pF
15
0,02
100000
10000
20
0,028
100000
10000
25
0,029
100000
10000
30
0,03
100000
10000
35
1,5
100000
10000
40
2
100000
10000
45
3
100000
10000
Tabel 2: data hasil percobaan saat nilai C2 104 K.
R1 (kΩ)
R2 (kΩ)
C1 (104 J) pF
C2
(103K) pF
15
13
100000
100000
20
19
100000
100000
25
23
100000
100000
30
29
100000
100000
35
30
100000
100000
40
40
100000
100000
45
50
100000
100000
Dan setelah dilakukan perhitungan untuk nilai C1, didapat data sebagai berikut.
Tabel 3: data hasil perhitungan C2 saat C2 ukur 103 K.
R1 (kΩ)
R2 (kΩ)
C1 (pF)
C2 (pF)
15
0,02
100000
133
20
0,028
100000
140
25
0,029
100000
116
30
0,03
100000
100
35
1,5
100000
4286
40
2
100000
5000
45
3
100000
6667
Tabel 4: data hasil perhitungan C1 saat C2 104 K.
R1 (kΩ)
R2 (kΩ)
C1 (pF)
C2 (pF)
15
13
100000
86667
20
19
100000
95000
25
23
100000
92000
30
29
100000
96667
35
30
100000
85714
40
40
100000
100000
45
50
100000
111111
Nilai R1 ditatapkan dan divariasi sebanyak nilai yaitu 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45 kΩ. Sedangkan R2 adalah potensiometer yang digunakan untuk membuat tegangan pada rangkaian menjadi nol. C1 adalah kapasitor non polar yang di tetapkan, besar C1 adalah 104 J atau senilai dengan 105 pF .Sedangkan untuk C2 yaitu kapasitor yang akan dihitung nilainya, dan akan dibandingkan antara C2 ukur dan C2 hitung.
Pada percobaan kali ini, kapasitor yang digunakan adalah kapasitor non polar, seperti pada gambar 2.3. Kapasitor non polar memiliki kelebihan yaitu mempunyai karakteristik suhu yang lebih bagus dan dapat digunakan untuk frekuensi tinggi. Kapasitor non polar artinya tidak memiliki polaritas. Kapasitor non polar artinya tidak memiliki kutub negatif dan positif, jadi pemasangan kapasitor non polar tidak apa-apa jika pemasangan kaki-kakinya terbalik.
Digunakan resistor variabel atau potensiometer dalam percobaan ini karena agar tegangan yang terbaca pada multitester menjadi nol. Juga untuk mempermudah saat dilakukan variasi nilai pada R1.. cara menbaca potensiometer pun tidak terlalu rumit, karena hanya dihubungkan dengan multitester yang telah diset skalanya menjadi ohm. kemudian diputar – putar potensiometernya hingga pada multitester ditunjukkan angka yang diinginkan.
Pada percobaan ini juga digunakan transformator atau trafo, yang digunakan untuk mengatur arus yang masuk ke rangkaian. Karena arus yang dari PLN terlalu besar, maka harus dikonfersi terlebih dahulu menggunakan trafo agar arus yang masuk sesuai dengan peralatan yang lain. Jika arus yang masuk terlalu besar, maka kemungkinan besar resistor dapat terbakar. Karena transformator dapat mengubah tegangan bolak – balik pada primer menjadi tegangan bolak – balik pada sekunder dengan menggunakan fluks magnetic.
Pada awalnya, untuk mengatur arus yang masuk ke rangkaian, digunakan resistor tetap pada rangkaian. Akan tetapi, potensiometer tetap saja hangus, hal ini karena yang diukur di multitester adalah tegangannya, sehingga menambah resistor tidak akan membawa banyak pengaruh. Oleh karena itu, kapasitor yang awalnya adalah polar diganti dengan kapasitor non polar.
Nilai dari C2 yang didapatkan melalui perhitungan seharusnya tidak terlampau jauh dari nilai C2 yang tertera atau C2 ukur. Pada saat C1 yang digunakan adalah 104 J, nilai dari C2 hitung dan C2 ukur tidak terpaut jauh. Nilai rata – rata dari C2 hitung adalah 95308,39 pF, sedangkan untuk C2 ukur adalah 100000 pF.
                Akan tetapi, pada saat C1 yang digunakan adalah 103 K atau 10000 pF , nilai dari C2 hitung dan C2 ukur terpaut cukup jauh. Pada C2 hitung adalah 2348,81 pF, sedangkan untuk C2 ukur adalah 10000 pF. Hal ini bisa disebabkan karena tidak tepatnya kapasitor yang digunakan. Seharusnya perbandingan antara C1/R1 harus sama dengan perbandingan C2/R2, karena arus dari trafo akan terpecah secara sama pada kedua cabang. Ketika C2 yang digunakan membuat perbandingan tersebut tidak sama, maka arus yang mengalir di kedua cabang akan berbeda jumlahnya. Ini yang menyebabkan perbedaan nilai yang cukup jauh antara C2 hitung dan C2 ukur saat kapasitor yang digunakan untuk C2 adalah 103 K.
Data perbandingan antara R1 dan R2 dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 2.1 : Grafik hubungan R1 terhadap R2 pada saat C1 104 J dan C2 104J.
Gambar 2.2 : Grafik hubungan R1 terhadap R2 pada saat C1 104 J dan C2 103 K.
Pada gambar 2.1, dapat dilihat grafik antara R1 dan R2 yang nilainya hampir sebanding, karena garis liniar penghubung titik – titik pada grafik jaraknya tidak terlalu jauh dengan titik – titiknya. Jadi, ketika R1 kecil, maka R2 juga kecil, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan kapasitor yang dipakai untuk C1 dan C2 besarnya sama, yaitu 104 J atau 100000 pF. Sehingga, arus yang mengalir pada kedua cabang besarnya sama dan menyebabkan besar resistor di kedua cabang juga mendekati sama.
Sedangkan pada gambar 2.2, dapat dilihat grafik antara R1 dan R2 yang nilainya cukup jauh. Ini disebabkan karena kapasitor yang digunakan menyebabkan perbandingan antara kedua cabang tidak seimbang.

I.V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengukuran kapasitans dengan metode jembatan wheatstone didapatkan kesimpulan, yaitu dengan digunakan persamaan pada jembatan wheatstone, maka didapatkan nilai C2 hitung. Pada saat C2 ukur adalah 104 J atau 105 pF, C2 hitung rata-ratanya adalah 95308,39 pF. Sedangkan ketika C2 ukur adalah 103 J atau 104 pF, C2 hitung rata-ratanya adalah 2348,816 pF.

0 komentar:

Posting Komentar