Analisis Sifat Listrik pada Bahan
CaCO3 dan Arang
|
Abstrak—Telah dilakukan percobaan dengan judul analisis sifat listrik pada
bahan CaCO3 dan arang. Praktikum ini
dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sifat listrik material, dan menentukan nilai konduktivitas serta
resistivitas material. Percobaan ini menggunakan dua jenis material yang akan
diuji, yaitu CaCO3 (kapur tulis) dan Arang. Metode yang digunakan yaitu four
point probe yang dihubungkan dengan amperemeter dan
voltmeter. Dari data yang didapatkan, diperoleh kesimpulan bahwa sifat
listrik bahan berbeda-beda, ditinjau
dari nilai resistivitasnya. Besarnya resistivitas pada bahan CaCO3 rata – ratanya adalah 0,7665 Ωm dan nilai
konduktivitasnya rata – ratanya adalah 2,4941
/Ωm. Sedangkan untuk bahan arang,
nilai ressitivitas rata – ratanya adalah 1,8986 Ωm dan nilai konduktivitas rata –
ratanya adalah 0,7236 / Ωm. Semakin kecil nilai resistivitas maka kemampuan untuk
menghantarkan listrik semakin besar.
Maka bahan CaCO3 lebih isolator dari pada arang.
Kata Kunci—Arang,
CaCO3, konduktivitas, resistivitas
I. PENDAHULUAN
Hambatan atau Resistansi
adalah kemampuan suatu benda untuk menahan aliran arus listrik. Dalam suatu
sirkuit, arus listrik dari power supply tidak
sepenuhnya dapat digunakan secara bebas. Terkadang arus lisrik tersebut harus
dhambat untuk memperoleh efek tertentu pada sirkuit. Dalam suatu hambatan
atom-atomnya akan berumbukan dengan elektron-elektron sehingga laju dan
kecepatan elektron menjadi berkurang.[2]
Pada tahun 1826, seorang ilmuwan bernama Jerman
Georg Simon Ohm menemukan hubungan
antara kerapatan arus dan medan listrik terhadap besarnya resistivitas suatu
material. Kerapatan arus (J) dalam
sebuah konduktor bergantung pada medan listrik (E) pada sifat2
material itu. Kerapatan arus berbanding langsung dengan E, dan rasio besarnya E
dan J adalah konstan. Resistivitas (rho) didefinisikan sebagai rasio dari
besarnya medan listrik dan kerapatan arus.[2]
dengan
:
= resistivitas (Ωm)
A= luas permukaan bahan(m2)
L= panjang (m)
Semakin besar resistivitas,
semakin besar pula medan yang diperlukan untuk menyebabkan sebuah kerapatan
arus yang diberikan atau semakin kecil kerapatan arus yang disebabkan oleh
sebuah medan yang diberikan.[2]
Kebalikan dari
resistivitas adalah konduktivitas. Konduktor listrik yang baik adalah yang
mempunyai konduktivitas lebih besar daripada isolator. Konduktivitas adalah
analogi listrik langsung dari konduktivitas termal. Konduktor listrik yang baik
seperti logam biasanya juga merupakan konduktor kalor yang baik. Konduktor
listrik yang buruk seperti keramik dan material plastik merupakan konduktor termal yang buruk.[4]
………………………………(2)
Dalam sebuah
logam, elektron bebas yang membawa muatan dalam konduksi
listrik juga menyediakan mekanisme utama untuk konduksi kalor. Karena perbedaan
yang sangat besar di antara
resistivitas konduktor listrik dan isolator listrik, maka akan mudah membatasi
arus listrik ke lintasan yang
didefinisikan dengan jelas. Perubahan konduktivitas termal jauh lebih kecil, dan biasanya tidak mungkin untuk
membatasi arus kalor ke jangkauan tersebut.[3]
Logam merupakan unsur kimia yang memiliki sifat
kuat, keras, mampu menghantaran panas dan listrik. Berbeda dengan jenis
material yang lain, metal memiliki konduktivitas listrik dan konduktivivats
thermal yang tinggi. Dalam upaya memahami mekanisme konduktivitas listrik Drude
dan Lorentz mengembangkan teori yang secara quantitatif menerangkan tentang
konduktivitas metal. Pada teori ini elektron dalam metal dianggap sebagai
partikel elektron yang dapat bergerak bebas dalam potensial internal
kristal yang
konstan. Dinding potensial hanya terdapat pada batas permukaan metal, yang
mencegah elektron untuk meninggalkan metal. Hal ini berarti energi elektron
dalam metal haruslah lebih rendah dari dinding potensial di permukaan metal.
Perbedaan energi ini merupakan fungsi kerja, sebagaimana dibahas dalam
peristiwa photo listrik. Elektron bebas (elektron valensi) dalam metal dianggap
berada pada tingkat tingkat energi yang berubah secara kontinyu (tidak
diskrit). Gerakan elektron hanya
terhambat oleh benturan dengan ion metal, sementara interaksi antar elektron
tidak dipersoalkan. Elektron bebas seperti ini berperilaku seperti gas ideal
yang mengikuti prinsip ekuipartisi Maxwell Boltzmann.[3]
Berdasarkan sifat umum logam dapat disimpulkan
bahwa ikatan logam ternyata bukan merupakan ikatan ion maupun ikatan kovalen. Ikatan logam didefinisikan berdasarkan model awan elektron atau lautan
elektron yang didefinisikan oleh Drude pada tahun 1900 dan disempunakan oleh
Lorents pada tahun 1923. Berdasarkan teori ini, logam di anggap terdiri dari
ion-ion logam berupa bola-bola keras yang tersusun secara teratur, berulang dan
disekitar ion-ion logam terdapat awan atau lautan elektron yang dibentuk dari
elektron valensi dari logam terkait. Awan elektron yang terbentuk berasal dari
semua atom-atom logam yang ada. Hal ini disebabkan oleh tumpang tindih (ovelap)
orbital valensi dari atom-atom logam (orbital valensi = orbital elektron
valensi berada). Akibatnya elektron-elektron yang ada pada orbitalnya dapat
berpindah ke orbital valensi atom tetangganya. Karena hal inilah
elektron-elektron valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang terdapat
pada logam membentuk awan atau lautan elektron yang bersifat mobil atau dapat
bergerak. Dari
teori awan atau lautan elektron ikatan logam didefinisikan sebagai gaya tarik
antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan muatan negatif
yang terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom logam. Jadi logam
yang memiliki elektron valensi lebih banyak akan menghasilkan kation dengan
muatan positif yang lebih besar dan awan elektron dengan jumlah elektron yang
lebih banyak atau lebih rapat. Hal ini menyebabkan logam memiliki ikatan yang
lebih kuat dibanding logam yang tersusun dari atom-atom logam dengan jumlah
elektron valensi lebih sedikit.[1]
II. METODE
Pada percobaan sifat listrik ini digunakan
beberapa alat dan bahan, yaitu power supply sebagai sumber tegangan, dua
buah AVO meter yang berfungsi sebagai amperemeter dan voltmeter, kabel
penghubung untuk menghubungkan alat satu dengan yang lainya, penggaris untuk
mengukur tebal CaCO3 dan arang, tiga buah gelas beker sebagai tempat larutan NaCl
dengan konsentrasi yang berbeda – beda, pengaduk larutan untuk mengaduk larutan
NaCl serta untuk mengambil CaCO3 dan arang dari gelas beker, aquades sebagai
pelarut NaCl, serta tiga batang CaCO3 (kapur tulis) dan arang sebagai objek
yang akan diamati sifat listriknya.
Gambar 1. Skema kerja percobaan sifat listrik
Langkah
pertama adalah menyiapkan dan merangkai peralatan yang akan digunakan seperti
pada gambar 1. Kemudian batang CaCO3 dan arang dipotong hingga memiliki
ketebalan 0,1 cm karena tebal bahan ini harus lebih kecil dibandingkan jarang
antar probe yaitu 0,2 cm. Masing – masing bahan dibuat menjadi tiga potong karena akan
diuji dengan larutan NaCl dengan tiga variasi molar. Setelah itu, dibuat
larutan NaCl dengan molar 1 M, 2M, dan 3 M. Kemudian nyalakan power supply
dan atur tegangan input sebesar 4 volt. Lalu bahan CaCO3 yang telah dipotong sebelumnya diukur tegangan
dan arus inputnya dengan cara menancapkan probe pada potongan CaCO3.
Keempat kaki probe ini harus mengenai dan tegak lurus pada potongan
CaCO3 agar nilai arus dan tegangan output bisa terbaca. Kemudian masukkan
potongan CaCO3 ini ke larutan NaCl 1 M dan diamkan selama 15 menit. Setelah itu
angkat potongan CaCO3 dan ukur arus dan tegangan output seperti cara
sebelumnya. Lakukan langkah yang sama dengan variasi tegangan input 8 dan 12 volt. Kemudian ambil
potongan CaCO3 yang lain dan masukkan kelarutan NaCl 2 M dan 3M. Diilakukan
langkah yang sama pada bahan arang.
Untuk mempermudah langkah kerja, dibuatlah
diagram alir seperti gambar 2.
III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisi data
Dari praktikum yang
telah dilakukan, didapatkan data seperti yang ada pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1.
Data percobaan sifat listrik pada bahan CaCO3.
No
|
Molar
|
Vin (V)
|
Sebelum direndam
|
setelah
direndam
|
||
Vout (V)
|
Iout (A)
|
Vout (V)
|
Iout
(A)
|
|||
1
|
1
|
4
|
0,015
|
0
|
0,02
|
0,00029
|
2
|
0,013
|
0
|
0,016
|
0,0003
|
||
3
|
0,013
|
0
|
0,022
|
0,00056
|
||
4
|
0,015
|
0
|
0,018
|
0,00042
|
||
5
|
0,015
|
0
|
0,037
|
0,00027
|
||
6
|
8
|
0,028
|
0
|
0,111
|
0,0011
|
|
7
|
0,02
|
0
|
0,152
|
0,00047
|
||
8
|
0,026
|
0
|
0,189
|
0,0006
|
||
9
|
0,027
|
0
|
0,107
|
0,00051
|
||
10
|
0,028
|
0
|
0,104
|
0,00051
|
||
11
|
12
|
0,034
|
0
|
0,251
|
0,00078
|
|
12
|
0,046
|
0
|
0,218
|
0,00079
|
||
13
|
0,056
|
0
|
0,222
|
0,00071
|
||
14
|
0,035
|
0
|
0,36
|
0,00073
|
||
15
|
0,046
|
0
|
0,101
|
0,00088
|
||
16
|
2
|
4
|
0,015
|
0
|
0,039
|
0,00056
|
17
|
0,013
|
0
|
0,031
|
0,00049
|
||
18
|
0,013
|
0
|
0,029
|
0,00049
|
||
19
|
0,015
|
0
|
0,028
|
0,00053
|
||
20
|
0,015
|
0
|
0,026
|
0,00054
|
||
21
|
8
|
0,028
|
0
|
0,04
|
0,00083
|
|
22
|
0,02
|
0
|
0,043
|
0,00069
|
||
23
|
0,026
|
0
|
0,05
|
0,00083
|
||
24
|
0,027
|
0
|
0,03
|
0,00069
|
||
25
|
0,028
|
0
|
0,043
|
0,00067
|
||
26
|
12
|
0,034
|
0
|
0,034
|
0,00084
|
|
27
|
0,046
|
0
|
0,043
|
0,00074
|
||
28
|
0,056
|
0
|
0,045
|
0,00088
|
||
29
|
0,035
|
0
|
0,045
|
0,00096
|
||
30
|
0,046
|
0
|
0,048
|
0,00092
|
||
31
|
3
|
4
|
0,015
|
0
|
0,034
|
0,00053
|
32
|
0,013
|
0
|
0,041
|
0,00058
|
||
33
|
0,013
|
0
|
0,068
|
0,00066
|
||
34
|
0,015
|
0
|
0,071
|
0,00055
|
||
35
|
0,015
|
0
|
0,087
|
0,00056
|
||
36
|
8
|
0,028
|
0
|
0,153
|
0,0008
|
|
37
|
0,02
|
0
|
0,154
|
0,00093
|
||
38
|
0,026
|
0
|
0,152
|
0,0008
|
||
39
|
0,027
|
0
|
0,141
|
0,00065
|
||
40
|
0,028
|
0
|
0,141
|
0,00084
|
||
41
|
12
|
0,034
|
0
|
0,572
|
0,00104
|
|
42
|
0,046
|
0
|
0,472
|
0,00097
|
||
43
|
0,056
|
0
|
0,438
|
0,00095
|
||
44
|
0,035
|
0
|
0,306
|
0,00097
|
||
45
|
0,046
|
0
|
0,504
|
0,00098
|
Tabel 2.
Data percobaan sifat listrik pada bahan arang.
No
|
Molar
|
Vin (V)
|
Sebelum direndam
|
setelah
direndam
|
||
Vout (V)
|
Iout (A)
|
Vout (V)
|
Iout
(A)
|
|||
1
|
1
|
4
|
0,048
|
0
|
0,019
|
0,00004
|
2
|
0,046
|
0
|
0,022
|
0,00003
|
||
3
|
0,058
|
0
|
0,018
|
0,00004
|
||
4
|
0,045
|
0
|
0,022
|
0,00007
|
||
5
|
0,044
|
0
|
0,023
|
0,00005
|
||
6
|
8
|
0,057
|
0
|
0,045
|
0,00004
|
|
7
|
0,066
|
0
|
0,045
|
0,00007
|
||
8
|
0,067
|
0
|
0,053
|
0,00007
|
||
9
|
0,056
|
0
|
0,052
|
0,00016
|
||
10
|
0,071
|
0
|
0,048
|
0,00011
|
||
11
|
12
|
0,09
|
0
|
0,088
|
0,00015
|
|
12
|
0,082
|
0
|
0,085
|
0,00013
|
||
13
|
0,078
|
0
|
0,09
|
0,00013
|
||
14
|
0,088
|
0
|
0,087
|
0,00019
|
||
15
|
0,088
|
0
|
0,085
|
0,00019
|
||
16
|
2
|
4
|
0,048
|
0
|
0,025
|
0,00009
|
17
|
0,046
|
0
|
0,022
|
0,00007
|
||
18
|
0,058
|
0
|
0,043
|
0,000081
|
||
19
|
0,045
|
0
|
0,028
|
0,00006
|
||
20
|
0,044
|
0
|
0,035
|
0,00011
|
||
21
|
8
|
0,057
|
0
|
0,083
|
0,00015
|
|
22
|
0,066
|
0
|
0,076
|
0,00012
|
||
23
|
0,067
|
0
|
0,068
|
0,000099
|
||
24
|
0,056
|
0
|
0,059
|
0,000098
|
||
25
|
0,071
|
0
|
0,095
|
0,00011
|
||
26
|
12
|
0,09
|
0
|
0,099
|
0,000265
|
|
27
|
0,082
|
0
|
0,101
|
0,00023
|
||
28
|
0,078
|
0
|
0,098
|
0,000203
|
||
29
|
0,088
|
0
|
0,089
|
0,000255
|
||
30
|
0,088
|
0
|
0,095
|
0,000251
|
||
31
|
3
|
4
|
0,048
|
0
|
0,035
|
0,000358
|
32
|
0,046
|
0
|
0,034
|
0,000279
|
||
33
|
0,058
|
0
|
0,039
|
0,000295
|
||
34
|
0,045
|
0
|
0,034
|
0,000275
|
||
35
|
0,044
|
0
|
0,039
|
0,000198
|
||
36
|
8
|
0,057
|
0
|
0,095
|
0,000476
|
|
37
|
0,066
|
0
|
0,079
|
0,000566
|
||
38
|
0,067
|
0
|
0,088
|
0,000408
|
||
39
|
0,056
|
0
|
0,088
|
0,000449
|
||
40
|
0,071
|
0
|
0,09
|
0,000339
|
||
41
|
12
|
0,09
|
0
|
0,158
|
0,000585
|
|
42
|
0,082
|
0
|
0,168
|
0,000696
|
||
43
|
0,078
|
0
|
0,157
|
0,000789
|
||
44
|
0,088
|
0
|
0,196
|
0,000679
|
||
45
|
0,088
|
0
|
0,155
|
0,000449
|
B. Perhitungan
Dari data yang telah didapatkan, dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Iout =
0,00029 A
Ketebalan bahan (t) = 0,001 m
Ditanya : ρ dan σ ?
Konduktivitas :
Dengan menggunakan cara yang sama,
didapatkan data resistivitas dan konduktivitas rata – rata sebagai berikut.
No
|
Molar
|
Vin (V)
|
ρ (Ωm)
|
σ (1/ Ωm)
|
1
|
1
|
4
|
0,3094
|
3,9441
|
2
|
8
|
1,0447
|
1,1411
|
|
3
|
12
|
1,3756
|
0,9126
|
|
4
|
2
|
4
|
0,2655
|
3,8304
|
5
|
8
|
0,2522
|
4,0608
|
|
6
|
12
|
0,2254
|
4,5020
|
|
7
|
3
|
4
|
0,4732
|
2,3675
|
8
|
8
|
0,8441
|
1,1964
|
|
9
|
12
|
2,1087
|
0,4926
|
Tabel 4. Data hasil perhitungan
nilai resistivitas dan konduktitas rata – rata pada bahan arang.
No
|
Molar
|
Vin (V)
|
ρ (Ωm)
|
σ (1/ Ωm)
|
1
|
1
|
4
|
2,2040
|
0,4877
|
2
|
8
|
2,9775
|
0,4033
|
|
3
|
12
|
2,5713
|
0,4017
|
|
4
|
2
|
4
|
1,7285
|
0,6159
|
5
|
8
|
3,0254
|
0,3382
|
|
6
|
12
|
1,8328
|
0,5533
|
|
7
|
3
|
4
|
0,6092
|
1,7291
|
8
|
8
|
0,9208
|
1,1338
|
|
9
|
12
|
1,2180
|
0,8491
|
C. Grafik
Dari data yang didapatkan, dapat dibuat
grafik hubungan antara tegangan input dan arus output setelah bahan direndam
sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik hubungan V input dan I output pada
bahan CaCO3
Gambar 4. Grafik hubungan V input dan I output pada
bahan arang
D. Pembahasan
Percobaan
dengan judul analisis sifat listrik pada bahan CaCO3 dan arang ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sifat listrik material, dan menentukan nilai konduktivitas serta
resistivitas material. Nilai resistivitas bahan adalah perbandingan antara
besar medan listrik dan kerapatan arus
yang mengalir. Sedangkan nilai konduktivitas berbanding terbalik dengan nilai
resistivitas. Percobaan ini menggunakan
dua jenis material yang akan diuji, yaitu CaCO3 (kapur tulis) dan Arang. Dari
data yang didapatkan, diketahui bahwa nilai arus output sebelum bahan direndam
dengan larutan NaCl adalah nol. Hal ini bukan karena tidak ada arus yang
mengalir, akan tetapi arus yang mengalir sangat kecil sehingga tidak terbaca
oleh amperemeter yang berskala mili ampere. Pada data juga diketahui bahwa
nilai tegangan output dan arus output semakin bertambah dengan bertambahnya
tegangan input dan molaritas larutan NaCl. Semakin tinggi konsentrasi larutan,
maka akan semakin besar nilai tegangan dan arus output setelah direndam. Dari
hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai resistivitas yang didapatkan pada saat
digunakan bahan CaCO3 dengan larutan 2 M lebih kecil dari pada saat digunakan
larutan 3 M. Hal ini karena pada saat percobaan terjadi kesalahan dan harus
mengulang untuk CaCO3 yang direndam pada 2 M . Karena menurut teori, semakin besar molaritas larutan NaCl yang digunakan maka nilai konduktivitas material yang dicelupkan akan semakin besar dan resistivitasnya semakin kecil. hal ini dikarenakan arus listrik dilewatkan melalui ion-ion larutan yang terserap oleh material CaCO3 ataupun arang.
Percobaan
sifat listrik ini menggunakan metode four point probe atau probe empat
titik. Empat titik ini adalah empat kaki tang harus menempel dan tegak lurus ke bahan yang akan
diuji. Agar voltmeter dapat terbaca, maka disambungkan dengan titik probe ke 2
dan 3. Sementara titik 1 dan 4 disambungkan dengan amperemeter dan juga power
supply. Pada grafik, diketahui hubungan antara V input dan I output adalah
sebanding . karena semakin besar tegangan input yang diberikan, maka juga akan
semakin besar arus inputnya. Semakin besar arus input, maka arus uotputnya pun
akan semakin sesar. Diperoleh
kesimpulan bahwa sifat listrik bahan berbeda-beda, ditinjau dari nilai resistivitasnya. Besarnya resistivitas
pada bahan CaCO3 rata – ratanya adalah
0,7665 Ωm dan nilai konduktivitasnya rata – ratanya adalah 2,4941 /Ωm. Sedangkan untuk bahan arang, nilai ressitivitas
rata – ratanya adalah 1,8986 Ωm dan
nilai konduktivitas rata – ratanya adalah 0,7236 / Ωm. Semakin kecil nilai resistivitas maka kemampuan
untuk menghantarkan listrik semakin besar. Maka bahan CaCO3 lebih
isolator dari pada arang.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
kesimpulan bahwa sifat listrik bahan berbeda-beda, ditinjau dari nilai resistivitasnya. Besarnya resistivitas
pada bahan CaCO3 adalah 0,7665 Ωm dan nilai konduktivitasnya
adalah 2,4941 /Ωm. Sedangkan
untuk bahan arang, nilai ressitivitas rata – ratanya adalah 1,8986 Ωm dan nilai konduktivitas rata – ratanya adalah
0,7236 / Ωm. Semakin
kecil nilai resistivitas maka kemampuan untuk menghantarkan listrik semakin
besar. Maka bahan CaCO3 lebih isolator dari pada arang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten yang telah membantu dalam praktikum ini, Nofyantika Wulandhari, Ayu Ningsih, dan Riska
Ainun Nisa yang telah membimbing kami selama praktikum
berlangsung dan juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
sekelompok praktikum atas kerjasama dalam melakukan praktikum.
kenapa metode fpp harus menggunakan larutan nacl?