LAPORAN RESMI PRAKTIKUM AKHIR FISIKA DASAR 1
TETAPAN PEGAS-G2
TETAPAN PEGAS-G2
Nama :
ST. AISYAH (11 15 100 021)
ST. AISYAH (11 15 100 021)
SUKMA MAULANA (11 15 100 025)
SYLVIA JUNIAR S. (11 15 100 026)
ELYSA NENSY I. (11 15 100 027)
FAHRUR HUSAIN (11 15 100 032)
ZULFA AHSAN UTAMA (11 15 100 033)
WINDAR JOSHUA P. (11 15 100 037)
CATHARINA RISTI I. (11 15 100 038)
SITI TUTUT SURYANI (11 15 100 079)
ELYSA NENSY I. (11 15 100 027)
FAHRUR HUSAIN (11 15 100 032)
ZULFA AHSAN UTAMA (11 15 100 033)
WINDAR JOSHUA P. (11 15 100 037)
CATHARINA RISTI I. (11 15 100 038)
SITI TUTUT SURYANI (11 15 100 079)
Asisten
Lab :
TRI OKTAFIANA (11 12 100 068)
TRI OKTAFIANA (11 12 100 068)
Abstrak
Telah
dilakukan percobaan tetapan pegas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara menentukan besar tetapan pegas dan
untuk menentukan besar tetapan pegas dari beberapa pegas yang digunakan dengan
cara statis dan cara dinamis. Percobaan ini dilakukan dengan empat jenis pegas
yang diberi nama pegas A, B, C, dan D. Prinsip dari percobaan ini adalah hukum
Hooke, hukum I Newton dan hukum II Newton. Pada hukum hooke diterapkan pada
percobaan tetapan pegas baik dengan cara statis maupun dinamis karena setiap
benda yang diberikan gaya pasti akan memberikan gaya yang berlawanan dengan
gaya yang telah diberikan atau disebut juga gaya pemulih. Hukum I Newton
diterapkan pada percobaan tetapan pegas dengan cara statis. Sedangkan pada
hukum II Newton diterapkan pada percobaan tetapan pegas dengan cara dinamis. Dari percobaan tetapan pegas didapatkan kesimpulan
bahwa untuk menentukan besar tetapan pegas digunakan cara statis dan dinamis,
serta nilai tetapan pegas pada pegas A adalah 11,01N/m.
Pada pegas B adalah 6,97 N/m. Pada pegas
C adalah7,01 N/m dan pada pegas D adalah
11,43 N/m.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari, prinsip-prinsip fisika sering diterapkan dalam berbagai aktivitas.
Salah satu contoh dari prinsip fisika yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari adalah prinsip Hukum Hooke yang diterapkan dalam penggunaan pegas. Pegas merupakan benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi
mekanik. Pegas biasanya terbuat dari baja. Kegunaan pegas sangat banyak
diantaranya melunakkan tumbukan dengan memanfaatkan sifat elastisitasan
bahannya, menyerap dan menyimpan energy dalam waktu yang singkat. Pegas sering ditemukan ditempat tidur atau yang biasa kita sebut dengan springbed
dan sistem suspense mobil atau motor. Pada springbed pegas berfungsi
untuk membuat kita nyaman ketika kita duduk atau tidur diatasnya. Sedangkan
sistem suspense pada kendaraan mempunyai fungsi untuk menyerap kejut dari jalan
dan getaran roda agar tidak diteruskan pada badan kendaraan
secara langsung. pegas memiliki
batas keelastisan. Apabila terdapat gaya yang menyebabkan pegas tersebut
tertarik melampaui batas elastinya, maka akan menyebabkan fungsi pegas tidak
optimal lagi.
Setiap pegas memiliki nilai konstanta yang berbeda – beda tergantung gaya
yang diberikan dan pertambahan panjang yang terjadi pada pegas tersebut. Maka penting
bagi kita untuk mengetahui nilai tetapan dari suatu pegas yang menggambarkan
kekakuan dari suatu pegas. Oleh karena itu, praktikum tetapan pegas ini
dilakukan agar kita dapat memanfaatkan suatu pegas dengan tepat.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan, yakni bagaimana cara menentukan besar tetapan pegas dan
berapa besar tetapan pegas yang digunakan.
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan permasalahan
di atas, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
menentukan besar tetapan pegas dan untuk menentukan besar tetapan pegas dari
beberapa pegas yang digunakan
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1
Hukum Hooke untuk Pegas
Hubungan
linier antara gaya dengan pertambahan panjang menurut Hooke tidak hanya perlaku
pada benda padat saja melainkan juga berlaku pada pegas. Hubungan ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
F=k
. x....................... …... (2.1)
Disini F
ialah gaya yang menyebabkan pegas bertambah panjang sebesar x. Konstanta
perbandingan k disebut tetapan sspegas
Pada
gambar di atas melukiskan kurva hasil eksperimen F sebagai fungsi dari x. Kurva
berbentuk garis lurus dengan kemiringan sama dengan konstatanta pegas k. (Abdullah,2010)
Jika pada awalnya pegas berada pada
posisi normal (tidak teregang) memiliki panjang pegas x sama dengan nol karena
dianggap sebagai titik acuan, kemudian pegas direntangkan oleh tangan seseorang
yang memberikan gaya Fp ke kanan (arah positif), maka pegas akan menarik ke
belakang dengan gaya Fs, jika tangan seseorang menekan pegas (x<0) maka
pegas akan mendorong kembali denga gaya Fs dimana Fs > 0 karena x< 0. (Riani,
2008)
Hukum Hooke menyatakan bahwa bagi
seseorang yang memegang pegas meregang atau tertekan sejauh x dari panjang
normalnya (tidak teregang) dibutuhkan
gaya Fp sebesar :
Fp=k . x..................... …... (2.2)
Dimana konstanta perbandingan k disebut konstanta pegas
(ukuran kekakuan pegas) yang nilainya pada umumnya berbeda untuk pegas yang
berbeda pula. Pegas itu sendiri memberikan gaya dengan arah yang berlawanan
dengan gaya luar, sebesar:
Fs= -k . x……........... …... (2.3)
Gaya Fs disebut sebagai gaya pemulih karena pegas
memberikan gayanya pada arah yang berlawanan dengan perpindahan (sehingga
bertanda minus) dan bekerja untuk mengembalikan dirinya ke panjang
normal.(Riani, 2008)
Jika kita menarik ujung pegas sementara
ujung yang lain terikat tetap, pegas akan bertambah panjang. Jika pegas kita
lepaskan, pegas akan kembali ke posisi semula akibat gaya pemulih. Pertambahan
panjang pegas saat diberi gaya akan sebanding dengan besar gaya yang diberikan.
Hal ini sesuai dengan Hukum Hooke yang menyatakan bahwa “Jika gaya tarik tidak melampaui
batas elastisitas pegas, maka perubahan panjang pegas berbanding lurus dengan
gaya tariknya.”
Besar gaya pemulih Fr sama dengan besar gaya yang diberikan,
yaitu F ,tetapi arahnya berlawanan: Fr =
-F
Berdasarkan hukum Hooke, besar gaya pemulih pada pegas
yang ditarik sepanjang ΔL adalah :
Fs = -k . ΔL............... …... (2.4)
dengan k adalah konstanta yang berhubungan dengan sifat kekakuan
pegas.Tanda negatif pada persamaan menunjukkan bahwa gaya pemulih berlawanan
arah dengan simpangan pegas. (Yohanes, 2010)
2.2
Hukum I Newton
Memang
benar bahwa sebuah benda akan tetap diam jika tidak ada gaya yang bekerja
padanya. Demikian pula sebuah benda akan tetap bergerak lurus beraturan
(kecepatan benda tetap) jika gaya atau resultan gaya pada benda nol. Pernyataan
ini merupakan pernyataan alami dan apabila digabung akan merupakan rumusan
hukum I Newton yang menyatakan bahwa “Sebuah benda akan tetap diam atau
tetap bergerak lurus beraturan jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada
benda itu. Jadi, jika jumlah gaya-gaya yang bekerja pada benda adalah nol, maka
ada dua kemungkinan keadaan benda yaitu benda dalam keadaan diam atau benda
sedang bergerak dengan kecepatan benda konstan”. Bagian pertama dari
pernyataan Hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan
tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain. Tentunya gaya-gaya
konservatif seperti gaya berat dan gaya normal selalu ada dan sama besar serta
berlawanan sehingga saling meniadakan. Keadaan benda diam demikian itu disebut
keseimbangan. (Riani, 2008)
Jika
resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol (∑F= 0),
maka percepatan benda juga sama dengan nol (a= 0) dan benda tersebut:
- Jika
dalam keadaan diam akan tetap diam, atau
- Jika dalam keadaan
bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan.
Jadi benda
akan selalu berusaha mempertahankan keadaan awal jika benda tidak dikenai gaya
atau resultan gaya. Hal ini yang menyebabkan seringnya Hukum I Newton disebut
sebagai hukum kelembaman/inersia
(malas/inert untuk berubah dari keadaan awal).
Dalam persamaan matematis hukum I Newton sering dituliskan sebagai
berikut.
∑F
= 0....................... …... (2.5)
dimana
∑F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda. Karena benda bergerak
translasi, maka pada sistem koordinat Cartesius dapat dituliskan
∑ Fx = 0 ............................. (2.6)
∑ Fy = 0 …... (2.7)
(Riani, 2008)
2.3
Hukum II Newton
Bila
ada resultan gaya yang timbul pada sebuah benda, dapat dipastikan benda
tersebut akan bergerak dengan suatu percepatan tertentu. Bila benda semula
dalam keadaan diam akan bergerak dipercepat dengan percepatan tertentu,
sedangkan bila benda semula bergerak dengan kecepatan tetap akan berubah
menjadi gerak dipercepat atau diperlambat. Resultan gaya yang bekerja pada
benda yang bermassa konstan adalah setara dengan hasil kali massa benda dengan
percepatannya. Pernyataan inilah yang dikenal sebagai Hukum II Newton. Secara
matematis hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑F = m .
a................. ... (2.8)
dimana m
adalah massa benda dalam satuan kg, a adalah percepatan benda dalam satuan m/s2,
dan ∑F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda. ∑F adalah resultan gaya
yang menjumlahkan beberapa gaya pada benda. (Riani, 2008)
2.4 Getaran Selaras
Getaran adalah gerak bolak – balik yang melalui titik kesetimbangan
tetap dan lintasan yang sama. Sedangkan getaran selaras adalah gerak bolak –
balik yang melalui titik kesetimbangan dengan amplitudo dan frekuensi yang
sama.
Beberapa
istilah yang perlu dipahami antara lain adalah jarak x massa dari titik
setimbang pada setiap saat disebut simpangan. Simpangan maksimum adalah jarak
terbesar dari titik setimbang dan biasa disebut dengan Amplitudo (A). Satu
siklus mengacu pada gerak bolak balik yang lengkap dari satu titik awal,
kemudian kembali ketitik yang sama, katakanlah dari x = A ke x = -A kembali ke
x = A. Periode (T) adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus lengkap. Dan
frekuensi (f) adalah jumlah siklus lengkap per detik. Hubungan frekuensi dan
periode adalah sebagi berikut:
…... (2.9)
(Riani,
2008)
Untuk gerak seperti perpindahan x
dari partikel dari titik asal diberikan sebagai fungsi waktu oleh
x(t)=
xm .
.........................(2.10)
di mana xm, adalah ampitudo,
adalah gerak fase dan xm,
,
adalah konstanta. Gerakan ini
disebut gerak harmonik sederhana (Getaran Selaras), sebuah istilah yang berarti
gerak periodik adalah fungsi sinusoidal waktu.Persamaan (2.10) dimana fungsi
sinusoidal adalah fungsi cosinus. Kecepatan sudut
adalah ada kaitannya dengan perode dan
frekuensi.
…………………..…(2.11)
…… ……….(2.12)
Pada gambar (a) kurva merah berbeda
dari kurva biru hanyadalam amplitudo kurva merah xm adalah lebih
besar (ekstrem merah-kurva perpindahan yang lebih tinggi dan lebih rendah).
Pada gambar (b) kurva merah berbeda dari biru kurva hanya dalam periode
merah-kurva adalah T’=T/2 (merah kurva dikompresi horizontal).Pada gamabar (c) kurva merah berbeda dari kurva biru hanya dalam bahwa
untuk kurva merah
= π/4 rad dari pada nol (nilai
negatif dari fmenggeser kurva merah ke kanan). Dalam Gambar(b) dua kurvamemiliki amplitudo sama
tetapi satu memiliki dua kali periode dengan yang lain (dan dengan demikian
setengah frekuensi dengan yang lain. Kurva memiliki amplitudo yang sama dan
periode yang sama tapi satu bergeser relatif terhadap yang lain karena
nilai-nilai yang berbeda.Untuk menemukan kecepatan v (t) sebagai fungsi waktu,
dapat diturunan waktufungsi posisi x (t) dalam persamaan 2.10:
……………………...…...(2.13)
(t)= -
xm
...................(2.14)
Kecepatan tergantung pada waktu karena fungsi sinus
bervariasi dengan waktu, antara nilai -1 dan +1. Jumlah dalam depan fungsi
sinus menentukan sejauh mana variasi dalam kecepatan, antara -
xm dan +
xm. Ketika partikel
bergerak ke kanan melalui x= 0, kecepatannya positif dan besarnya adalah pada
nilai terbesar ini. Ketika bergerak ke kiri melalui x= 0, kecepatan adalah
negatif dan besarnya adalah lagi di nilai terbesar ini. (Dosen-Dosen
Fisika.2013)
Untuk mendapatkan fungsi percepatan
partikel di getaran selaras gerakan terhadap waktu adalah :
……….(2.15)
sehingga,
= -w2. xm
...………...(2.16)
Percepatan bervariasi karena fungsi cosinus bervariasi
dengan waktu antara -1 dan +1. Variasi besarnya percepatan diatur oleh
percepatan amplitudo am yang merupakan produk
2xm
yang mengalikan fungsi cosinus.Dan besarnya percepatan maksimum ketika besarnya
kosinus adalah maksimum, ketika partikel pada titik ekstrim, di mana ia telah
melambat untuk berhenti sehingga yang gerak dapat dibalik. Sehingga:
a(t)= -
2 x(t) ….……….(2.17)
Ini adalah ciri khas dari getaran selaras:
1.
Percepatan
partikel selalu oposisi-situs perpindahan nya (maka tanda minus) dan
2.
Dua
kuantitas selalu terkait dengan suatu konstanta (
2).
Dalam getaran selaras, percepatan sebanding denganperpindahan
x tetapi berlawanan arah datangnya dan dua kuantitas terkait dengan kuadrat
dari frekuensi sudut
.
Kita dapat menerapkan hukum kedua Newton untuk menggambarkan
kekuatan yang yang terjdi pada getaran selaras sebagai berikut:
F= m.a ….……….(2.18)
F= m(-
2 x)
F= - ( m .
2 )
x…….……..(2.19)
(Hallidayand
Resnick, 1998)
Tanda minus berarti bahwa arah gaya
pada partikel berlawanan arah perpindahan partikel. Dalam getaran selaras gaya
yang bekerja adalah gaya pemulih dalam arti bahwa ia berjuang melawan
perpindahan, mencoba untuk mengembalikan partikel ke titikpusat di x= 0. Sebuah
partikel dengan massa m yang bergerak dibawa pengaruh gaya pemuli pada Hukum
Hooke yang diberikan:
F= -k . x ……….(2.20)
kecepatan sudut yang dihasilkan dari getaran selaras dapat
diambil dari persamaan:
k= m .
2
……….(2.21)
Jika diketahui massa berosilasi, maka dapat ditentukan
frekuensi sudut dari gerak dengan menulis ulang Persamaan. 2.21 sebagai
berikut:
……….(2.22)
Selanjutnya dapat ditentukan periode gerak yakni:
……….(2.23)
(Halliday and
Resnick, 1998)
2.5 Tetapan Pegas
Pegas
akan selalu memiliki sifat keelastisan. Sifat elastis diartikan sebagai
kemampuan suatu benda untuk kembali ke kedudukan semula setelah diberi gaya
dari luar. Apabila kita meninjau pegas, andai panjang pegas pada keadaan
seimbang adalah lo. Salah satu ujung pegas dihubungkan pada suatu
neraca pegas dan ujung yang lain ditarik sedemikian rupa sehingga pegas
tersebut akan bertambah panjang. Besar atau kecilnya pertambahan panjang pegas
bergantung pada besar kecilnya gaya yang digunakan untuk menarik pada pegas.
Artinya semakin besar gaya yang dipakai untuk menarik suatu pegas, maka akan
semakin besar pula pertambahan panjang yang dialami pegas, begitu pula
sebaliknya.(Riani, 2008)
Apabila
digambarkan pada grafik, maka grafik antara beban dan pertambahan panjang yang
dialami pegas akan membentuk grafik linier yang naik ke atas. Dengan
menggunakan grafik antara beban dan pertambahan panjang pegas, konstanta atau
tetapan pegas dapat ditentukan dengan menghitung gradien grafik tersebut.
Setiap pegas akan memiliki tetapan pegas yang berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lainnya. Tetapan pegas diartikan sebagai ukuran kekakuan yang
dimiliki oleh suatu pegas yang biasanya dilambangkan dengan huruf k dan memiliki satuan N/m. (Dosen-Dosen Fisika,2013)
Tentu
saja nilai tetapan pegas dari setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Yang pertama adalah luas permukaan pegas. Semakin besar luas
permukaan suatu pegas maka akan semakin besar pula nilai tetapannya, begitu
pula sebaliknya. Yang kedua adalah suhu. Semakin tinggi suhu yang diterima oleh
suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya.
Saat suhu tinggi, partikel-partikel penyusun pegas mendapat energi dari luar
sehingga memberikan energi pula kepada prtikel penyusun pegas untuk bergerak
sehingga ikatan antar partikel merenggang. Yang ketiga adalah diameter pegas.
Semakin besar diameter yang dimiliki suatu pegas maka akan semakin kecil nilai
tetapannya, begitu pula sebaliknya. Dan yang terakhir adalah jumlah lilitan
pegas. Semakin banyak jumlah lilitan yang dimiliki suatu pegas maka akan
semakin besar nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Hal-hal tersebutlah
yang menyebabkan nilai tetapan setiap pegas tidak sama, tergantung pada kondisi
yang dialami oleh setiap pegas masing-masing.(Bejamin, 2006)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Pada percobaan tetapan pegas alat dan
bahan yang digunakan adalah ember kecil, anak timbangan satu set, pegas dua
buah, stopwatch satu buah, statif satu
set, penggaris 30 cm, dan neraca
o’hause, dan ember kecil.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Cara
Kerja
3.2.1.1 Cara Statis
Cara
kerja yang digunakan dalam percobaan tetapan pegas ada dua yaitu cara statis
dan cara dinamis. Untuk cara statis, langkah yang dilakukan pertama-tama
adalah massa anak timbangan ditimbang
terlebih dahulu. Kemudian ember kecil digantung pada pegas untuk menentukan xo nya. Setelah itu, satu persatu beban yang ada ditambahkan dan
dicatat massa beban yang digunakan serta kedudukan ember disetiap penambahan
bebannya. Selanjutnya, beban dikurangi satu persatu dan dicatat massa bebannya
serta kedudukan ember disetiap pengurangan bebannya. Dalam
percobaan tetapan pegas ini dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap
massa beban yang berbeda.
3.2.1.2
Cara Dinamis
Sedangkan
untuk cara dinamis langkah yang dilakukan pertama-tama adalah anak timbangan
dan ember kecil ditimbang terlebih dahulu. Kemudian ember kecil digantungkan
pada statif dan diberi simpangan sebesar 5 cm, lalu dilepaskan. Dicatat
waktunya untuk 15 getaran. Setelah itu,
ditambahkan beban satu persatu pada ember dengan simpangan yang sama dan
dicatat waktunya untuk 15 getaran. Lalu diulangi lagi dengan simpangan 8 cm dan
dicatat waktunya untuk 10 getaran. Dalam percobaan tetapan pegas ini dilakukan
pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap simpangan yang berbeda.
Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan
Tetapan Pegas
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh
data-data yang diperlukan untuk menentukan nilai tetapan dari setiap pegas.
Variasi yang digunakan adalah beban, pegas, dan simpangan. Pegas yang digunakan
adalah pegas A, pegas B, pegas C, dan pegas D. Beban yang digunakan pada pegas
A dan B adalah ember 0,108 kg, m1
0,061 kg, m2
0,063 kg, m3
0,655 kg, m4
0,06 kg,
m5 0, 061 kg. Simpangan
yang digunakan pada pegas A, B, C, dan D adalah 0,05 meter dengan 15 getaran dan 0,08 meter dengan 10 getaran. Berikut ini merupakan data-data yang telah diperoleh:
4.1.1 Cara Statis
Beikut ini merupakan data
pertambahan panjang pada percobaan tetapan pegas dengan cara statis.
Tabel 4.1 Pegas A dengan Penambahan
Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,06
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,26
|
0,12
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,19
|
0,37
|
0,37
|
0,37
|
0,37
|
0,37
|
0,25
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,31
|
0,48
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
Tabel 4.2 Pegas A dengan Pengurangan Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,31
|
0,48
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,25
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,19
|
0,37
|
0,37
|
0,36
|
0,37
|
0,37
|
0,12
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,06
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
Tabel 4.3 Pegas B dengan Penambahan Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,06
|
0,38
|
0,38
|
0,38
|
0,38
|
0,38
|
0,12
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,19
|
0,56
|
0,56
|
0,56
|
0,56
|
0,56
|
0,25
|
0,64
|
0,64
|
0,65
|
0,65
|
0,65
|
0,31
|
0,72
|
0,73
|
0,73
|
0,73
|
0,73
|
Tabel 4.4 Pegas
B dengan Pengurangan Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,31
|
0,72
|
0,73
|
0,73
|
0,73
|
0,73
|
0,25
|
0,64
|
0,65
|
0,66
|
0,65
|
0,65
|
0,19
|
0,56
|
0,56
|
0,56
|
0,56
|
0,56
|
0,12
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,47
|
0,06
|
0,38
|
0,38
|
0,38
|
0,38
|
0,38
|
Tabel 4.5 Pegas
C dengan
Penambahan Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,06
|
0,08
|
0,08
|
0,08
|
0,08
|
0,08
|
0,12
|
0,16
|
0.16
|
0,16
|
0,16
|
0,16
|
0,18
|
0.24
|
0.24
|
0.24
|
0.25
|
0.24
|
0,23
|
0,32
|
0,32
|
0,32
|
0,32
|
0,32
|
0,29
|
0,40
|
0.40
|
0.40
|
0.40
|
0.39
|
Tabel 4.6 Pegas
C dengan
Pengurangan
Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m)
pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,29
|
0,40
|
0.40
|
0.40
|
0.40
|
0.39
|
0,23
|
0,32
|
0,32
|
0,32
|
0,32
|
0,32
|
0,18
|
0,25
|
0,24
|
0,24
|
0.25
|
0,24
|
0,12
|
0.16
|
0.16
|
0.16
|
0.16
|
0.16
|
0,06
|
0,08
|
0,08
|
0,08
|
0,08
|
0,08
|
Tabel 4.7 Pegas
D dengan
Penambahan Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m)
pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,06
|
0,05
|
0,05
|
0,05
|
0,05
|
0,06
|
0,12
|
0,11
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,18
|
0,16
|
0,15
|
0,16
|
0,16
|
0,16
|
0,23
|
0,21
|
0,20
|
0,20
|
0,20
|
0,21
|
0,29
|
0,25
|
0,25
|
0,26
|
0,26
|
0,25
|
Tabel 4.8 Pegas
D dengan
Pengurangan
Beban
Massa
Beban (Kg)
|
Δx (m)
pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0.29
|
0,25
|
0,25
|
0,26
|
0,26
|
0,25
|
0.23
|
0,20
|
0,20
|
0,20
|
0,20
|
0,20
|
0,18
|
0,15
|
0,15
|
0,15
|
0,15
|
0,16
|
0,12
|
0.10
|
0.10
|
0.10
|
0.10
|
0.10
|
0,06
|
0,05
|
0.05
|
0.05
|
0.05
|
0.05
|
4.1.2 Cara Dinamis
Beikut ini merupakan data
pertambahan panjang pada percobaan tetapan pegas dengan cara dinamis.
Tabel 4.9 Pegas
A dengan Simpangan 0,05 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,11
|
9,70
|
10,10
|
9,90
|
9,70
|
9,90
|
0,17
|
12,10
|
12,10
|
12,10
|
12,10
|
12,10
|
0,23
|
13,60
|
13,60
|
13,90
|
13,90
|
13,70
|
0,30
|
15,50
|
15,40
|
15,50
|
15,40
|
15,50
|
0,36
|
16,70
|
16,80
|
16,80
|
16,80
|
16,80
|
0,42
|
18,60
|
18,40
|
18,60
|
18,60
|
18,50
|
Tabel 4.10 Pegas
A dengan Simpangan 0,08 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,11
|
9,40
|
9,40
|
9,40
|
9,40
|
9,40
|
0,17
|
12,00
|
12,00
|
12,10
|
12,00
|
12,10
|
0,23
|
13,50
|
13,80
|
13,60
|
13,60
|
13,80
|
0,30
|
15,90
|
15,80
|
15,80
|
15,80
|
15,90
|
0,36
|
17,20
|
17,00
|
17,00
|
17,00
|
17,50
|
0,42
|
18,50
|
18,80
|
18,20
|
18,50
|
18,60
|
Tabel 4.11 Pegas
B dengan Simpangan 0,05 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,11
|
12,50
|
12,50
|
12,50
|
12,50
|
12,60
|
0,17
|
15,20
|
15,60
|
15,30
|
15,30
|
15,30
|
0,23
|
17,50
|
17,90
|
17,50
|
17,50
|
17,80
|
0,30
|
19,00
|
19,80
|
19,40
|
19,80
|
19,50
|
0,36
|
21,50
|
21,30
|
21,50
|
21,30
|
21,30
|
0,42
|
23,20
|
23,10
|
23,10
|
23,10
|
23,10
|
Tabel 4.12 Pegas
B dengan Simpangan 0,08 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,11
|
8,20
|
8,40
|
8,60
|
8,40
|
8,40
|
0,17
|
10,00
|
10,20
|
10,20
|
10,00
|
10,20
|
0,23
|
11,50
|
11,40
|
11,80
|
11,50
|
11,50
|
0,30
|
12,50
|
12,70
|
12,70
|
12,70
|
12,70
|
0,36
|
14,10
|
14,10
|
14,10
|
14,10
|
14,10
|
0,42
|
15,20
|
15,30
|
15,20
|
15,20
|
15,30
|
Tabel 4.13 Pegas
C dengan
Simpangan
0,05 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,10
|
12
|
12
|
12,1
|
12,1
|
12
|
0,16
|
14,6
|
14,6
|
14,6
|
14,4
|
14,7
|
0,21
|
16,9
|
16,7
|
16,9
|
16,8
|
16,8
|
0,28
|
18,9
|
19
|
18,9
|
18,9
|
18,8
|
0,33
|
20,8
|
20,5
|
20,7
|
20,8
|
20,7
|
0,39
|
22,3
|
22
|
22,3
|
22,3
|
22,2
|
Tabel 4.14 Pegas
C dengan
Simpangan 0,08 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,10
|
8,1
|
8,3
|
8,3
|
8,1
|
8,2
|
0,16
|
9,7
|
9,9
|
9,7
|
9,7
|
9,8
|
0,21
|
11,2
|
11,2
|
11,1
|
11,2
|
11,3
|
0,28
|
12,8
|
12,8
|
12,9
|
12,8
|
12,7
|
0,33
|
13,9
|
13,8
|
13,8
|
13,9
|
13,9
|
0,39
|
14,9
|
14,9
|
14,9
|
14,9
|
14,9
|
Tabel 4.15 Pegas
D dengan
Simpangan
0,05 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,10
|
8,3
|
8,4
|
8,5
|
8,3
|
8,5
|
0,16
|
11,2
|
11,1
|
11,1
|
11,2
|
11,2
|
0,21
|
13,1
|
13,2
|
13,2
|
13,2
|
13,1
|
0,28
|
14,8
|
14,8
|
14,7
|
14,8
|
14,7
|
0,33
|
16,3
|
16,4
|
16,4
|
16,4
|
16,3
|
0,39
|
17,6
|
17,7
|
17,6
|
17,6
|
17,7
|
Tabel 4.16 Pegas
D dengan
Simpangan 0,08 m
Massa
Beban (Kg)
|
Waktu t
(sekon) pengulangan ke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
0,10
|
5,8
|
5,5
|
5,5
|
5,8
|
5,8
|
0,16
|
7,3
|
7,6
|
7,4
|
7,5
|
7,6
|
0,21
|
8,7
|
8,7
|
8,7
|
8,6
|
8,7
|
0,28
|
9,9
|
9,7
|
9,7
|
9,9
|
9,8
|
0,33
|
10,7
|
10,7
|
10,7
|
10,7
|
10,7
|
0,39
|
11,7
|
11,6
|
11,7
|
11,7
|
11,7
|
4.3 Pembahasan
Percobaan tetapan pegas dilakukan untuk menentukan
besar tetapan pegas suatu benda. Dalam percobaan ini digunakan 4 pegas dengan
ukuran yang berbeda – beda, ember kecil satu buah, anak timbangan lima buah,
statif satu set, stopwatch satu buah,
neraca o’haus dan penggaris dua buah.
Percobaan tetapan pegas ini dilakukan dengan dua cara yaitu cara statis dan
cara dinamis yang masing – masing digunakan lima macam beban dan lima kali
pengulangan percobaan. Untuk cara statis langkah pertama yang dilakukan adalah
menimbang anak beban dan dicatat massanya, kemudian ember digantung pada pegas
dan diukur panjang awal pegas (xo). Selanjutnya, beban ditambah satu
– persatu sambil dicatat perubahan panjangnya. Setelah penambahan beban
selesai, dilakukan dengan pengurangan beban satu persatu sambil dicatat pula
pertambahan panjangnnya. Sedangkan untuk cara dinamis, selain massa anak beban,
massa ember diperhatikan. Sama seperti cara statis, namun pada cara dinamis ini
pegas diberi simpangan terlebih dulu dan dicatat simpangan awalnya. Simpangan
0.05 meter dengan 15 getaran dan 0.08 meter dengan 10 getaran. Waktu yang
diperlukan untuk 15 getaran dan 10 getaran dicatat. Dalam percobaan tetapan
pegas dengan cara dinamis hanya dilakukan untuk penambahan beban saja. Dalam
percobaan tetapan pegas digunakan prinsip
hukum Hooke, hukum I Newton dan hukum II Newton. Hukum hooke diterapkan
pada percobaan tetapan pegas baik dengan cara statis maupun dinamis, karena
pada setiap pegas yang diberikan gaya padanya maka akan ada gaya yang arahnya
selalu berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, atau disebut juga gaya
pemulih. Pada hukum I Newton hanya diterapkan pada percobaan tetapan pegas
dengan cara statis karena pada cara statis pegas dalam keadaan diam dan
mempertahankan keadaannya baik, hal ini sesuai dengan prinsip hukum I Newton,
yaitu setiap benda mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaannya baik
ketika bergerak maupun diam. Sedangkan
hukum II newton diterapkan pada percobaan tetapan pegas dengan cara
dinamis, karena pada cara dinamis pegas bergerak dengan kecepatan yang berbeda
pada tiap detiknya, yang sesuai dengan prinsip hukum II Newton dimana suatu benda yang diberi gaya mempunyai percepatan yang arahnya
searah dengan neto gaya.
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai k pada pegas (A, B, C dan D ) dengan cara statis dan dinamis yang berbeda. Pada pegas A dengan cara statis nilai k-nya 11.27 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya sebesar 10,74 N/m. Pada pegas B dengan cara statis nilai k-nya 7.18 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 6.75 N/m. pada pegas C dengan cara statis nilai k-nya 7.42 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 6.61 N/m. pada pegas D dengan cara statis nilai k-nya 11.52 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 11.34 N/m. Jika dirata – rata nilai k dari cara statis dan dinamis diperoleh k pegas A adalah 11.01 N/m, nilai k pegas B adalah 6,97 N/m, nilai k pegas C adalah 7,01 N/m dan nilai k pegas D adalah 11.43 N/m. Pada subbab 4.3 terdapat grafik hubungan antara pertambahan panjang dan gaya berat. Dari grafik tersebut, jika titik – titik pada grafik dihubungkan maka akan menghasilkan garis yang tidak linier. Terlihat dari R2 pada grafik tidak mencapai 1 tapi hanya 0.99 yang artinya titik – titik yang ada didalam grafik tersebut tidak cocok dengan regresi liniernya, hal ini dikarenakan terdapat faktor eror yang mempengaruhi data hasil percobaan.
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai k pada pegas (A, B, C dan D ) dengan cara statis dan dinamis yang berbeda. Pada pegas A dengan cara statis nilai k-nya 11.27 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya sebesar 10,74 N/m. Pada pegas B dengan cara statis nilai k-nya 7.18 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 6.75 N/m. pada pegas C dengan cara statis nilai k-nya 7.42 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 6.61 N/m. pada pegas D dengan cara statis nilai k-nya 11.52 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 11.34 N/m. Jika dirata – rata nilai k dari cara statis dan dinamis diperoleh k pegas A adalah 11.01 N/m, nilai k pegas B adalah 6,97 N/m, nilai k pegas C adalah 7,01 N/m dan nilai k pegas D adalah 11.43 N/m. Pada subbab 4.3 terdapat grafik hubungan antara pertambahan panjang dan gaya berat. Dari grafik tersebut, jika titik – titik pada grafik dihubungkan maka akan menghasilkan garis yang tidak linier. Terlihat dari R2 pada grafik tidak mencapai 1 tapi hanya 0.99 yang artinya titik – titik yang ada didalam grafik tersebut tidak cocok dengan regresi liniernya, hal ini dikarenakan terdapat faktor eror yang mempengaruhi data hasil percobaan.
Nilai tetapan pegas (k) pada setiap pegas itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengakibatkan nilai k pada setiap pegas
itu berbeda. Faktor – faktor tersebut adalah suhu lingkungan, rapat massa,
diameter pegas, lilitan dan luas penampang pegas. Suhu lingkungan sangat
berpengaruh pada nilai tetapan pegas, pada saat suhu tinggi maka pegas akan memuai
atau merenggang, sedangkan pada suhu rendah pegas akan merapat, hal ini akan
memberikan efek pada kerapatan massa. Semakin tinggi suhu maka kerapatan
massanya rendah maka nilai k – nya kecil dan sebaliknya. Lilitan pada pegas
juga mempengaruhi nilai k, jika lilitannya semakin banyak maka pegas akan semakin kaku sehingga nilai k-nya semakin
tinggi. Selain itu, luas permukaan pegas juga mempengaruhi nilai k, jika luas
penampang semakin besar maka nilai k-nya juga semakin besar. Sedangkan pada
diameter pegas, jika semaki lebar diameter pegas maka niai k – nya akan semakin
kecil hal ini dikarenakan semakin lebar diameter pegas maka semakin besar pula
daerah pergeseran elemen pegas sehingga menghasilkan pertambahan panjang yang
semakin besar yang akibatnya nilai konstanta pegas semakin kecil.
Nilai k pada pegas dengan cara
statis atau dinamis seharusnya memiliki nilai k yang sama, namun dari hasil
perhitungan didapat nilai k yang berbeda – beda. Perbedaan nilai k tersebut
kemungkinan besar dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dalam mengambil
data pada saat percobaan dan dalam penggunaan alat masih terdapat kesalahan.
Selain itu, terdapat suatu faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan data
percobaan tetapan pegas dan faktor tersebut tidak dapat dikendalikan. Faktor yang
dimaksud adalah gaya gesek udara yang membuat pegas mengalami perlambatan. Sehingga
data yang didapat kurang valid. Hal ini dapat terlihat dari perubahan waktu
yang didapatkan pada percobaan dinamis tidak sama pada setiap pengulangan
percobaan, meskipun dengan beban yang sama.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan tetapan pegas
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa untuk menentukan tetapan
pegas dilakukan dengan cara statis dan cara dinamis, serta nilai k pada pegas A
adalah11.01 N/m., pada pegas B adalah
6,97 N/m, pada pegas C adalah 7,01N/m dan pada pegas D adalah 11.43N/m.
Daftar Pustaka
College, University.2013.”College Physics”.Rice
University.Texas.
Crowell,
Bejamin.2006.”Conceptual Physics”.Creative Comons.New York.
Dosen-Dosen Fisika FMIPA ITS.2013.”Fisika
I”.Yanasika.Surabaya.
Halliday
dan Resnick.1998.”Fundamental Of Physics”.Wiley.Cleveland State University.
Lubis,
Riani.2008.”Diktat Fisika Dasar I”.Unikom.Jogjakarta.
Mikrajuddin, Abdullah.2010.”Diktat Kuliah Fisika
I.”ITB.Bandung.
Resnick,
Halliday.2010.”Fisika Dasar”.Erlangga.Jakarta.
Sears
dan Zemansky.2000.”Fisika Universitas”.Erlangga.Jakarta.
Surya,
Yohanes.2010.”Mekanika dan Fluida 2”.PT Kandel.Tangerang.
Young, Hugh D.2004.”Fisika
Universitas”.Jakarta.Erlangga.NB : Terimakasih untuk praktikan Tetapan Pegas-G2
9 orang mahasiswa Fisika ITS angkatan 2015
Semoga ilmunya bermanfaat :)
Nice min